PYONGYANG, KOMPAS.TV - Kekuasaan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, disebut mulai terancam dan diyakini bakal terjegal.
Menurut analisis Korea Selatan, hal itu disebabkan semakin meningkatnya kekuatan jaringan tak resmi yang dipimpin Kepala Parlemen Choe Ryong-hae, yang disebut sedang membentuk kembali hierarki politik Korea Utara.
Keadaan itu pun diyakini berpotensi menjadi kekuatan yang mengganggu stabilitas di dalam rezim Kim Jong-un.
Choe dikenal sebagai pejabat berpengaruh di Korea Utara dan merupakan sekutu dekat keluarga Kim.
Ia disebut memiliki pengaruh besar setelah menjadi Direktur Departemen Panduan dan Organisasi atau OGD pada 2017.
Jabatan itu membuatnya menjadi orang kedua dalam komando rezim dengan jaringan kekuasaan informal yang luas.
Baca Juga: Iran dan AS Beri Sinyal Positif usai Pembicaraan Nuklir, Bakal Lanjut ke Putaran Ketiga
Dikutip dari Radio Free Asia, Badan Penelitian Majelis Nasional Korea Selatan pada Sabtu (12/4/2025) mengungkapkan, lingkaran dalam Choe dengan cepat naik ke posisi kunci di partai, militer, dan lembaga negara.
Temuan itu berdasarkan analisis dari informasi-informasi yang tersedia secara publik, termasuk laporan dari media pemerintah Korea Utara.
Laporan itu mengidentifikasi sosok-sosok kunci militer Korea Utara, termasuk Ri Ying-gil, No Kwang-chol, dan Kim Su-gil, sebagai bagian dari jaringan informal Choe.
Ketiganya bekerja begitu dekat dengan Choe pada awal penugasannya sebagai Direktur Biro Politik Umum pada 2012, dan kemudian dipromosikan ke pos militer tinggi, Kepala Staf Umum, Menteri Pasukan Bersenjata dan Direktur Biro Politik Umum.
Laporan itu juga mengungkapkan beberapa tokoh partai yang kurang dikenal, termasuk perdana menteri kabinet, Pak Thae-song, telah muncul dalam peran-peran penting, memanfaatkan pengaruh Choe yang meluas.
Pemusatan kekuasaan ini telah mengorbankan pengawasan dan keseimbangan internal yang menopang sistem pemimpin tertinggi Korea Utara di antara para elitenya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.