WASHINGTON, KOMPAS.TV — Kepercayaan terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS) tengah terpuruk seiring dengan melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah dan meningkatnya kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Kondisi ini mencerminkan tekanan yang semakin besar terhadap pasar keuangan AS di tengah memanasnya perang dagang dengan Tiongkok.
Pada Rabu (8/4/2025) waktu setempat, imbal hasil obligasi pemerintah AS melesat ke level tertinggi sejak Februari, mencapai 4,5 persen.
Lonjakan tajam tersebut terjadi setelah investor secara masif melepas surat utang negara (SUN) di tengah meningkatnya kekhawatiran atas stabilitas ekonomi dan prospek pertumbuhan.
Baca Juga: Klaim Donald Trump, Amerika akan Kaya Lagi usai Diskusi dengan 70 Negara
Biasanya, obligasi pemerintah AS dipandang sebagai instrumen investasi yang aman, terutama dalam situasi ketidakpastian. Namun, lonjakan imbal hasil belakangan ini justru mengindikasikan adanya gejolak di pasar.
Hal ini mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa pemerintah AS harus menawarkan bunga lebih tinggi untuk menarik investor.
Langkah Presiden Trump yang memberlakukan tarif sebesar 104 persen terhadap produk impor dari Tiongkok telah memicu ketegangan baru dalam hubungan dagang kedua negara.
Kebijakan tersebut mulai berlaku pada Rabu tengah malam, dan langsung dibalas oleh Beijing dengan mengenakan tarif 84 persen terhadap produk asal AS.
Dampak dari ketegangan ini langsung terasa di pasar modal. Indeks saham utama di AS mengalami penurunan tajam selama beberapa hari terakhir.
Kenaikan imbal hasil obligasi, terutama surat utang bertenor 10 tahun yang sebelumnya berada di angka 3,9 persen, menjadi indikator terbaru dari gejolak yang terjadi.
“Lonjakan imbal hasil berarti biaya pinjaman akan meningkat, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga pemerintah,” ujar Laith Khalaf, Kepala Analisis Investasi di AJ Bell, dikutip dari BBC.
Ia menambahkan bahwa biasanya obligasi berkinerja baik dalam situasi krisis, namun perang dagang kini justru merusak persepsi pasar terhadap utang AS.
Baca Juga: Donald Trump Sebut Iran dalam Bahaya Besar Jika Perundingan soal Nuklir Gagal
Kondisi pasar yang tidak stabil mendorong spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin harus turun tangan.
George Saravelos, Kepala Riset Valuta Asing Global di Deutsche Bank, mengatakan bahwa otoritas moneter AS hampir tidak memiliki pilihan lain selain melakukan pembelian darurat surat utang negara guna menstabilkan pasar.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.