FRANKFURT, KOMPAS.TV — Kebijakan tarif yang baru diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengejutkan pemerintah dan investor di seluruh dunia. Kebijakan ini dengan cepat memicu ancaman pembalasan dan seruan untuk berunding, karena industri-industri saling berebut dan saham-saham global menjadi jatuh.
China menuduh AS telah melakukan perundungan dan Uni Eropa menjanjikan tindakan balasan yang kuat. Pejabat Prancis menyarankan pajak untuk memukul raksasa-raksasa teknologi AS.
Namun di sisi lain, Inggris dan Jepang menyatakan harapan akan tercapainya kesepakatan dengan Trump dan menahan diri untuk tidak membicarakan pembalasan terhadap negara ekonomi terbesar di dunia itu. Mereka khawatir jika membalas untuk balik mengenakan tarif kepada AS, hanya akan memperburuk keadaan.
Trump mengenakan pungutan sebesar 34% atas barang-barang dari China di atas tarif sebelumnya sebesar 20%. Selain itu, Uni Eropa dikenakan tarif sebesar 20%, Jepang dikenakan 24%, Korea Selatan dikenakan 25%, dan Indonesia dikenalan tarif sebesar 32%.
Baca Juga: PM Inggris Keir Starmer Respons Kebijakan Tarif Baru Trump: Kami Sudah Siap!
Trump menggambarkan pajak impor, yang berkisar antara 10% hingga 49%, sebagai cara untuk membalikkan perlakuan tidak adil oleh mitra dagang Amerika dan menarik pabrik serta lapangan kerja kembali ke negaranya.
Berangkat ke Florida dari Gedung Putih pada Kamis (3/4/2025), Trump menyampaikan nada optimis. "Saya pikir semuanya berjalan dengan sangat baik."
"Pasar akan melonjak, saham akan melonjak, dan negara akan melonjak," kata Trump seperti dikutip dari The Associated Press.
China yang merupakan eksportir utama ke AS untuk segala hal, mulai dari pakaian hingga peralatan dapur, telah mengumumkan serangkaian tindakan balasan yang diharapkan dapat menaikkan harga bagi konsumen AS.
“Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.