WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Joe Biden memutuskan tidak menerapkan larangan aplikasi TikTok di Amerika Serikat yang dijadwalkan berlaku sehari sebelum ia meninggalkan jabatannya.
Dengan demikian, nasib aplikasi populer asal China itu kini ada di tangan Presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari.
Kongres Amerika Serikat (AS) tahun lalu mengesahkan undang-undang yang mewajibkan ByteDance, perusahaan induk TikTok, untuk melepaskan kepemilikannya atas aplikasi tersebut sebelum 19 Januari 2025.
Kongres mengatakan langkah itu diambil karena kekhawatiran mengenai potensi pengumpulan data pengguna oleh pemerintah China yang dianggap dapat mengancam keamanan nasional.
Namun, seorang pejabat pemerintahan Biden, yang berbicara secara anonim, mengungkapkan bahwa pelaksanaan undang-undang itu diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan Trump.
Trump, yang sebelumnya mendukung larangan TikTok, kini justru telah mengubah sikapnya.
Baca Juga: Warga AS Banjiri Medsos China Xiaohongshu, Protes Rencana Pemerintah Blokir TikTok
Selama kampanye pemilihan presiden 2024, ia menggunakan TikTok sebagai platform untuk menjangkau pemilih muda, khususnya laki-laki, melalui konten viral. Ia bahkan berjanji untuk “menyelamatkan TikTok” jika terpilih kembali.
Dilansir The Associated Press, penasihat keamanan nasional Trump yang baru, Mike Waltz, memberikan sinyal bahwa pemerintahan mendatang mungkin mencari solusi kompromi.
Sikap terhadap TikTok memecah pandangan di Kongres. Pemimpin Demokrat Senat, Chuck Schumer, mendesak agar tenggat waktu diperpanjang demi menghindari gangguan terhadap jutaan pengguna aplikasi itu di AS.
“Jelas bahwa dibutuhkan lebih banyak waktu untuk menemukan pembeli Amerika dan tidak mengganggu kehidupan dan penghidupan jutaan orang Amerika, dari begitu banyak influencer yang telah membangun jaringan pengikut yang baik,” kata Schumer di Senat, Kamis (16/1/2025).
Namun, usulan perpanjangan itu ditolak oleh Senator Republik Tom Cotton. Ia menegaskan TikTok telah diberikan cukup waktu untuk menemukan pembeli.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.