YERUSALEM, KOMPAS.TV – Hizbullah kembali meluncurkan serangan besar-besaran terhadap Israel pada 4 Juli 2024, dalam upaya yang mereka sebut sebagai "diplomasi kinetik".
Serangan ini, yang melibatkan peluncuran 200 roket dan 20 drone, bertujuan untuk melemahkan kekuatan militer Israel dan membalas kematian seorang komandan tinggi Hizbullah yang tewas dalam serangan Israel baru-baru ini.
Menurut laporan dari situs berita yang berafiliasi dengan Hizbullah, Al Mayadeen, Hamas terus mempertahankan tuntutannya dalam proposal gencatan senjata terbaru yang disusun dengan bantuan Direktur CIA William Burns, serta dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Turki.
Dilansir dari The Jerusalem Post, Jumat (5/7/2024), tuntutan tersebut mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, termasuk Koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah, serta pengembalian pengungsi Palestina.
Hamas juga menolak memberikan hak veto kepada Israel atas pembebasan tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup.
Meski begitu, Hamas dikabarkan menunjukkan fleksibilitas pada beberapa klausul untuk melanjutkan negosiasi.
Namun, perbedaan antara proposal lama dan baru belum diungkapkan secara rinci, meskipun sumber media menekankan penggunaan bahasa yang tegas dan jelas terkait gencatan senjata.
Konsep "diplomasi kinetik" yang diusung Hizbullah bertujuan untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata.
Jika Israel menolak, Hizbullah mengancam akan meningkatkan serangan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa Hizbullah berusaha melemahkan Israel secara bertahap melalui perang yang berlarut-larut.
Baca Juga: Komandan Senior Terbunuh, Hizbullah Hujani Israel dengan Lebih dari 200 Roket
Sumber : The Jerusalem Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.