Kompas TV internasional kompas dunia

Ethiopia Puji Pengembalian Harta Karun Bersejarah Milik Leluhur yang Dijarah Inggris

Kompas.tv - 20 November 2021, 23:53 WIB
ethiopia-puji-pengembalian-harta-karun-bersejarah-milik-leluhur-yang-dijarah-inggris
Mahkota Kaisar Tewodros II yang dijarah Inggris. Berbagai pusaka leluhur dan artefak sejarah berharga milik Ethiopia mulai berangsur kembali setelah dijarah penjajah Inggris lebih dari 150 tahun lalu. Sebagian besar barang dijarah tentara Inggris usai menaklukkan Kaisar Tewodros II dalam Pertempuran Magdala  tahun 1868 di Abyssinia. (Sumber: The Atlantic)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

ADDIS ABABA, KOMPAS.TV - Berbagai pusaka leluhur dan artefak sejarah berharga milik Ethiopia berangsur kembali setelah dijarah penjajah Inggris lebih dari 150 tahun lalu. Pengembalian ini menyusul kampanye sengit dan panjang agar berbagai pusaka bersejarah itu dikembalikan ke pemilik sahnya, Ethiopia.

Harta dan pusaka leluhur Ethtiopia itu diambil dari Inggris, Belgia, dan Belanda, di antaranya termasuk mahkota upacara, perisai kekaisaran, satu set cangkir minum tanduk perak, kitab suci berisi doa tulisan tangan, salib, dan kalung. 

Sebagian besar barang dijarah tentara Inggris usai menaklukkan Kaisar Tewodros II dalam Pertempuran Magdala tahun 1868 di Abyssinia.

Harta karun itu tampil museum nasional Ethiopia hari Sabtu (20/11/2021), lebih dari dua bulan setelah secara resmi dikembalikan pada sebuah upacara di London bulan September lalu.

Ethiopia mengatakan pemulangan itu adalah pemulangan artefak terbesar ke negara itu, dengan duta besarnya untuk Inggris, Teferi Melesse, menggambarkannya sebagai "sangat signifikan".

Baca Juga: Bawa Pulang 17.000 Artefak dari Amerika Serikat, Irak akan Kembali Buka Museum Nasional

Berbagai pusaka leluhur dan artefak sejarah berharga milik Ethiopia mulai berangsur kembali setelah dijarah penjajah Inggris lebih dari 150 tahun lalu. Sebagian besar barang dijarah tentara Inggris usai menaklukkan Kaisar Tewodros II dalam Pertempuran Magdala  tahun 1868 di Abyssinia. (Sumber: Straits Times via AFP)

Afrika sejak lama menekan agar negara-negara Barat mengembalikan rampasan mereka dari masa penjajahan, yang kemudian disimpan di luar negeri di museum atau terkadang menjadi koleksi pribadi, padahal merupakan harta karun leluhur bangsa-bangsa terjajah.

Awal bulan ini, Benin di Afrika Barat menyambut kembali hampir 30 harta kerajaan yang disita selama pemerintahan Prancis lebih dari 130 tahun yang lalu.

Pemerintah Ethiopia masih berjuang agar Inggris mengembalikan artefak curian dan jarahan lainnya termasuk tabot atau tablet kayu dan batu suci, yang mewakili Tabut Perjanjian.

Tabot-tabot tersebut disimpan di British Museum di London, yang memiliki banyak harta karun asing dimana sebagian besar adalah hasil jarahan masa kolonial, tetapi tidak pernah dipajang di depan umum.

Baca Juga: Galeri Nasional Australia Kembalikan ke India 14 Artefak Karya Seni Kuno Hasil Curian

Berbagai pusaka leluhur dan artefak sejarah berharga milik Ethiopia mulai berangsur kembali setelah dijarah penjajah Inggris lebih dari 150 tahun lalu. Sebagian besar barang dijarah tentara Inggris usai menaklukkan Kaisar Tewodros II dalam Pertempuran Magdala  tahun 1868 di Abyssinia. (Sumber: Smithsonian Magazine)

Ethiopia juga mencari jenazah putra Tewodros, Pangeran Alemayehu, yang dibawa ke Inggris setelah sang kaisar bunuh diri menyusul kekalahannya di medan perang.

"Berbagai artefak yang merupakan warisan budaya dan nilai-nilai kita dijarah selama pertempuran dan dibawa ke luar negeri secara ilegal," kata Menteri Pariwisata Ethiopia Nasise Challi, seperti dilansir Straits Times, Sabtu (20/11/2021).

"Artefak kami yang tak terhitung jumlahnya ditemukan di berbagai museum, pusat penelitian dan di tangan orang-orang pribadi," kata Challi pada acara hari Sabtu, seraya mendesak agar barang-barang itu dikembalikan.

Ethiopia, salah satu negara tertua di dunia dengan warisan budaya dan agama yang kaya dan kuno, mengatakan pihaknya menganggap penjarahan Magdala sebagai "ketidakadilan besar" yang menjadi duri dalam hubungannya dengan Inggris.

Baca Juga: Pria Ini Temukan Artefak Nazi Tersembunyi di Dinding Rahasia Rumah, dari Foto Hitler hingga Pistol

Sketsa abad 19 dari tewasnya Kaisar Tewodros II di Abyssinia. Penjajah Inggris memotong rambut kaisar Tewodros II sebagai suvenir, dari kepala Kaisar Tewodros II setelah dia menembak dirinya sendiri daripada ditawan oleh pasukan Inggris pada penyerbuan Inggris ke Maqdala tahun 1868. (Sumber: Quartz Africa)

Seperti dilansir Quartz Africa, Jumat (19/03/2019), Pasukan Inggris melakukan penjarahan, menjarah begitu banyak harta benda setelah Pertempuran Maqdala sehingga mereka membutuhkan 15 gajah dan 200 keledai untuk mengangkutnya.

Barang jarahan itu termasuk lebih dari 500 manuskrip perkamen kuno, dua mahkota emas, salib dan piala emas, perak dan tembaga, dan ikon keagamaan.

Putranya yang berusia tujuh tahun, Pangeran Alemayehu, dibawa ke Inggris bersama dengan harta yang dijarah.

Bahkan penjajah Inggris memotong rambut kaisar Tewodros II sebagai suvenir. Rambut itu dipotong dari kepala Kaisar Tewodros II setelah dia menembak dirinya sendiri daripada ditawan oleh pasukan Inggris.

Pasukan Inggris menyerang bentengnya di Maqdala selama Paskah pada tahun 1868.

Baca Juga: Media Dunia Heboh atas Temuan Harta Karun Swarnadwipa Kerajaan Sriwijaya di Dasar Sungai Musi

Kaisar Tewodros II dari Abyssinia, sekarang Ethiopia. Tahun 1868 Inggris menyerbu benteng Maqdala dan menaklukkan Kaisar Tewodros II. Menolak ditawan, Kaisar Tewodros memilih menembak dirinya sendiri. Usai kemenangan, pasukan Inggris menjarah seluruh harta berharga milik Ethiopia (Sumber: Quartz Africa)

Beberapa barang yang dikembalikan akan dilelang, tetapi dibeli oleh Yayasan nirlaba Scheherazade dengan tujuan pengembalian. Lainnya diperoleh dari swasta atau investor.

Di antara mereka adalah satu set manuskrip abad pertengahan yang berasal dari sebelum abad ke-18, yang akan dilelang di Den Haag.

Ethiopia juga sedang bernegosiasi untuk mengembalikan sebuah Alkitab dan salib yang akan dilelang di Amerika Serikat.

"Restitusi ini terjadi dalam konteks global, di mana peran museum dipertanyakan, terutama legitimasi saat memamerkan sejarah kolonial dan artefak yang dijarah," kata Komite Restitusi Warisan Nasional Ethiopia dalam sebuah pernyataan pada bulan September lalu.

 



Sumber : Straits Times/Quartz Africa/Smithsonian Magazine

BERITA LAINNYA



Close Ads x