Hari Kartini 2025, Kris Dayanti: Belajar Adalah Kunci Kemerdekaan Perempuan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah gegap gempita perayaan Hari Kartini, penyanyi dan politikus Kris Dayanti mengingatkan pentingnya pendidikan bagi perempuan sebagai pondasi kemandirian dan kesetaraan.

KD—sapaan akrabnya—menegaskan, semangat Kartini seharusnya menjadi bahan bakar utama bagi perempuan Indonesia untuk terus belajar dan bertumbuh.

"Bagaimana mendongkrak semangat perempuan setara untuk mendapatkan pembelajaran. Karena dengan belajar, dengan memiliki ilmu, maka perempuan akan merdeka," ucapnya penuh keyakinan mengutip Kompas.com, saat ditemui di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (15/4/2025),

Baca Juga: Rilis Lagu Dahulu, Shanty Resmi Comeback usai 12 Tahun Vakum

Kartini Bukan Sekadar Simbol, Tapi Energi Perubahan

Dalam unggahan media sosialnya, Kris Dayanti membagikan potret diri mengenakan kebaya anggun berlatar logo partainya.

Bagi KD, kebaya bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk penghormatan terhadap perjuangan para perempuan terdahulu yang memperjuangkan hak belajar dan berkarya.

"Kartini berupaya mendorong persamaan hak pendidikan untuk perempuan kala itu. Dan menjadi spirit untuk perempuan masa kini untuk terus berkarya, berkontribusi untuk pembangunan nusa dan bangsa," tuturnya dalam caption penuh makna.

Pada momen Hari Kartini 2025, Kris Dayanti juga tampil sebagai pengisi acara di Kongres Wanita Indonesia yang digelar di Senayan, Jakarta Pusat.

Penampilannya tak hanya menyumbangkan suara emas, tetapi juga memperkuat pesan bahwa perempuan harus percaya diri menunjukkan identitas dan potensi mereka di ruang publik.

Sebagai ikon perempuan Indonesia, Kris Dayanti kerap mengenakan kebaya dan kain sarung, lengkap dengan sanggul klasik, dalam berbagai acara formal dan budaya.

Baca Juga: Paula Verhoeven Tegaskan Tak Ada Bukti Perselingkuhan: Fitnahnya Terlalu Jauh!

Dari Panggung ke Parlemen: Suara Perempuan yang Didengar

Tak hanya bersinar di panggung hiburan, Kris Dayanti juga sempat menjadi anggota DPR RI Komisi IX (2019–2024), yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan transmigrasi.

Pengalaman ini menjadikannya salah satu figur publik yang secara konsisten menyuarakan isu perempuan, termasuk pentingnya akses pendidikan yang setara.