Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Apa Itu Cryptocurrency dan Mengapa Harganya Sangat Mahal?

Kompas.tv - 28 Oktober 2021, 09:35 WIB
apa-itu-cryptocurrency-dan-mengapa-harganya-sangat-mahal
Ilustrasi Bitcoin, salah satu cryptocurrency terpopuler di dunia. (Sumber: Straits Times)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Desy Afrianti

Di sisi lain, ada pula orang yang menyukai cryptocurrency karena tak ada bank sentral sebagai otoritas pengelola peredaran mata uang digital itu dan berwenang mengurangi nilainya lewat inflasi.

Selain itu, orang-orang mendukung penggunaan cryptocurrency karena berminat dengan teknologi blockchain yang dianggap lebih aman daripada sistem pembayaran tradisional.

Baca Juga: Ini 3 Risiko Bermain Crypto! Pahami Sebelum Berharap Cuan

Sebagian spekulan menyukai cryptocurrency karena nilainya naik dan tidak tertarik pada penerimaan mata uang jangka panjang sebagai cara untuk memindahkan uang

Berikut 7 jenis cryptocurrency paling populer dan kisaran harga per mata uangnya, dikutip dari pintu.co.id.

  • Bitcoin : Rp842 juta
  • Ethereum: Rp57 juta
  • Binance Coin: Rp6,5 juta
  • Compound: Rp4,4 juta
  • Yearn.Finance: Rp488 juta
  • Solana: Rp2,6 juta
  • FTX Token: Rp800 ribu

Akan tetapi, harga-harga tiap cryptocurrency itu dapat bertambah naik atau menurun dengan sangat signifikan. Sebab itu, crypto adalah pilihan investasi yang sangat spekulatif,

Beberapa penasihat keuangan tidak merekomendasikan orang untuk berinvestasi sama sekali pada cryptocurrency karena harga sangat tidak stabil.

Misalnya, Bitcoin pernah diperdagangkan mendekati $20.000 atau Rp283 juta pada bulan Desember 2017.

Setahun kemudian, nilai Bitcoin turun menjadi sekitar $3.200 atau Rp42 juta. Pada Desember 2020, nilai Bitcoin kembali mencetak rekor lagi.

Selain itu, cryptocurrency didapat dengan cara melakukan penambangan di internet. Penambangan ini sangat sulit dan membutuhkan teknologi sangat canggih.

Melansir Forbes, alat penambang cryptocurrency juga membutuhkan banyak daya. Diperkirakan sebagian besar penambang Bitcoin menggunakan 60% hingga 80% pendapatan mereka untuk membayar listrik untuk alat-alat itu.

Ada pula estimasi yang menyebut, 0,21% dari seluruh listrik dunia digunakan untuk penambangan Bitcoin. Penggunaan daya itu kira-kira hampir sama dengan konsumsi listrik di Swiss dalam setahun.

Baca Juga: Penelitian: Orang India Pemilik Cryptocurrencty Terbesar Dunia, Diikuti Amerika Serikat dan Rusia



Sumber : Kompas TV/kapersky.com/pintu.co.id/forbes.com

BERITA LAINNYA



Close Ads x