Kompas TV nasional kriminal

800 Ribu Data Kreditplus Diduga Bocor dan Dijual di Forum Hacker

Kompas.tv - 4 Agustus 2020, 10:03 WIB
800-ribu-data-kreditplus-diduga-bocor-dan-dijual-di-forum-hacker
Data nasabah Kreditplus diduga bocor dan dijual di forum hacker. (Sumber: Kreditplus.com)
Penulis : Johannes Mangihot

JAKARTA, KOMPASTV - Sekitar 890 ribu data nasabah Kreditplus diduga bocor. Hal ini diketahui berdasarkan laporan terbaru dari firma keamanan siber asal Amerika Serikat, Cyble.

Dalam laporan tersebut juga dijelaskan 890 ribu lebih data perusahaan bidang finansial  itu dijual di forum hacker.

Data yang diretas dan dijual seperti data nama nama nasabah, alamat email, kata sandi, alamat rumah, nomor telepon, data pekerjaan dan perusahaan, serta data kartu keluarga (KK).

Baca Juga: Hacker China Ternyata Berusaha Retas Jaringan Komputer Vatikan

Menurut lembaga riset siber Indonesia, Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) data nasabah yang diduga bocor itu sudah tersebar di Raidforums sejak 16 Juli lalu.

Database berukuran 78 MB tersebut dijual di Raidforums dalam sebuah thread oleh seorang pengguna bernama "ShinyHunters" dengan harga sekitar Rp50 ribu.

Sebelum Kreditplus, data Tokopedia yang diduga bocor beberapa waktu lalu juga pernah muncul dan dijual di forum hacker tersebut.

Ketua CISSRec, Pratama Persadha, menilai data nasabah Kreditplus yang dijual dalam forum tersebut cukup lengkap dan mudah untuk diakses.

Baca Juga: Dugaan Data Bocor Denny Siregar, Ini Kata Pihak Telkomsel!

Tak menutup kemungkinan data tersebut dapat memancing kelompok kriminal untuk melakukan penipuan dan tindak kejahatan yang lainnya.

Menurutnya berulangnya kasus dugaan kebocoran data nasabah atau pengguna lantaran belum adanya regulasi atau undang-undang yang mengatur tentang perlindungan data.

Ia mendorong pemerintah untuk mempercepat pembahasan RUU Perlindungan Data Pribadi agar kasus kebocoran data seperti ini bisa diusut secara tuntas dan keamanan data pribadi masyarakat bisa terjamin.

“Masalah utama di Tanah Air belum ada UU yang memaksa para penyedia jasa sistem elektronik ini untuk mengamankan dengan maksimal data masyarakat yang dihimpunnya. Sehingga, data yang seharusnya semua dienkripsi, masih bisa dilihat dengan mata telanjang,” ujar Pratama, Selasa (4/8/2020). Dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Data Konsumen Tokopedia Diduga Kembali Diperjualbelikan

Pratama mengimbau pengguna untuk selalu waspada dan mengamankan akun dengan segala fitur keamanan yang tersedia.

“Sebelum pemilik layanan bisa mengamankan data pribadi penggunanya, kita juga harus bisa mengamankan data pribadi kita sendiri. Misalnya yang buat password yang baik dan kuat, aktifkan two factor authentication," ujar Pratama.

Ia juga mengimbau pengguna untuk selalu memasang antivirus di perangkat masing-masing, menghindari penggunaan wifi gratisan (public), dan waspada ketika membuka tautan yang mencurigakan.

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x