Kompas TV nasional berita kompas tv

Achmad Yurianto Soal Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto: Buktinya Ada Gak? Ini Pembodohan!

Kompas.tv - 3 Agustus 2020, 08:48 WIB
achmad-yurianto-soal-klaim-obat-covid-19-hadi-pranoto-buktinya-ada-gak-ini-pembodohan
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (11/7/2020). (Sumber: Biro Humas BNPB)
Penulis : Desy Hartini

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang pernah menjadi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, angkat bicara mengenai klaim obat Covid-19 oleh Hadi Pranoto.

Achmad Yurianto, yang biasa disapa Yuri, menganggap hal tersebut sebagai pembodohan.

"Tidak usah ngeyel, saya enggak akan menanggapi hal-hal tidak jelas seperti itu, ini sudah pembodohan namanya," kata Yuri, yang dikutip dari Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Yuri menyebut bahwa klaim dalam video itu tidak pernah menjelaskan bagaimana obat herbal yang diklaim ampuh untuk Covid-19. Selain itu, kata Yuri, Hadi tidak pernah menyebutkan obat herbal itu dia cari dari mana.

Baca Juga: IDI & Satgas Covid-19 Ragukan Klaim Hadi Pranoto Temukan Antibodi

"Apa dia pernah mengatakan herbalnya ada di mana? Kan enggak pernah. Coba cermati baik-baik videonya, apa dia ngomong nyarinya di mana herbalnya, kan enggak juga," ujar Yuri.

Tak hanya meragukan obat herbal tersebut, Yuri juga mempertanyakan sosok Hadi Pranoto.

"Sekarang dia ada di mana dan profesor dari mana? Coba cari jurnalnya di Google, ada enggak nama dia," lanjut Yuri.

Yuri pun mengatakan, belum ada bukti ilmiah obat herbal yang bisa menyembuhkan Covid-19. Oleh karenanya, Yuri beranggapan bahwa klaim tersebut hanya menimbulkan keresahan di masyarakat. Ia juga menduga, klaim itu semata-mata hanya karena ingin meraih kepopuleran.

"Buktinya ada enggak? Kan baru video yang viral itu saja kan? Ini namanya bikin masyarakat tambah panik namanya. Menurut saya, itu sengaja dinarasikan begitu biar populer," lanjut dia.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x