Kompas TV nasional berita kompas tv

Saat Polisi Tersentil Guyonan Gus Dur - Opini Budiman Eps. 13

Kompas.tv - 27 Juni 2020, 06:00 WIB
Penulis : Theo Reza

Oleh: Budiman Tanuredjo

Ismail ahmad, Pria berusia 41 tahun ini mendadak viral. Dia adalah aparatur sipil negara kabupaten Sula, Maluku Utara.

Jumat 10 juni 2020, ia mengunggah guyonan Presiden ke-4 KH Abdurraman Wahid (Gus Dur). Gus Dur dengan selera humor tinggi ini pernah mengatakan, “Polisi jujur di Indonesia itu hanya patung polisi, polisi tidur dan mantan Kapolri Jenderal (pol) Hoegeng Imam Santosa.” guyonan itu bisa ditemukan di laman pencari google maupun dalam sejumlah buku.

Unggahan Ismail di Facebook pribadinya dipermasalahkan, dia dipanggil bagian intel dan reserse polres Sula. Ramailah kasus ini di dunia maya, protes bermunculan dan dianggap sebagai pembungkaman kebebasan berekspresi. Humor seperti tak boleh di negeri ini, Selasa  14 juni 2020, Ismail dipanggil lagi ke polres Sula untuk membacakan pers rilis untuk meminta maaf. Putri Gus Dur, Alissa Wahid pun membela.

“guyonan yang diunggah ismail sudah sering dilontarkan gus dur. bahkan kapolri sutarman,” kata Alissa, Koordinator jaringan Gusdurian

Dikutip dari Kompas, 18 juni 2020 Kapolda Maluku Utara Inspektur Jenderal (pol) Rikwanto meluruskan tindakan anak buahnya.

“itu bukan masalah dan bukan kategori yang perlu diberi etensi oleh kepolisian.  jadi sudah saya tegur.”ujarnya.

Gus dur memang presiden dengan selera humor tinggi. guyonannya mencerminkan kecerdasan intelektualnya. guyonan dan humornya sering membuat kepala negara asing betah berbicara dengan Gus Dur. Humor menjadi sangat penting untuk mencairkan kebuntuan, untuk mencairkan suasana, dan sekaligus untuk mengkritik praktik politik yang bebal.guyonan politik bisa menjadi katarsis atau ekspresi dari keputusasaan akan keadaan.

Jadi, tidak perlu over sensitif mengahadapi guyonan politik. mari kita tersenyum getir bersama. Di dalam negeri, Gus Dur pernah menyebut DPR seperti taman kanak-kanak pada tahun 2001.

belakangan menurut KH Maman Imanulhaq, anggota DPR dari fraksi Kebangkitan Bangsa pada maret 2016, Gus Dur mengaku pernah menyesal menyebut DPR sebagai taman kanak-kanak.

Seperti dikutip Merdeka.com, 13 maret 2016, Maman bertanya,

“kenapa menyesal? karena lembaga negara ya.”

Gus Dur pun menjawab, “bukan itu, saya merasa berdosa telah meremehkan anak-anak yang suci, cerdas, dan kreatif.

Anak-anak adalah masa depan dan harapan.

“saya menyesal menyamakan anggota dpr dengan anak-anak.”

Guyonan Gus Dur menunjukkan tingkat kecerdasan politiknya yang tinggi. Semangat Gus Dur adalah masukannya adalah agar DPR memperbaiki kinerjanya agar betul-betul yang menjadi yang mulia yang mewakili rakyat.begitu juga halnya dengan guyonan terhadap polisi. Gus Dur menempatkan Kapolri Hoegeng sebagai benchmark kejujuran seorang polisi.

Dalam sejumlah buku tentang Hoegeng digambarkan betapa Hoegeng adalah polisi lurus dan jujur. Dalam perjalanan ke luar negeri, hoegeng tanpa didampingi istri dan anak.

“uang negara untuk membiayai pejabat negara, bukan keluarganya,” ujar Hoegeng

Saat pensiun sebagai polisi, Hoegeng mengembalikan semua inventaris. dia menjadi pensiunan tak berharta. Roeslani, ibunya, selalu menekankan kejujuran.

“karena kita masih bisa makan dengan nasi garam,” ujar roeslani dalam buku Hoegeng

Oase menyejukkkan di tengah perilaku koruptif pemimpin bangsa. Contoh polisi jujur masa kini bisa dilihat pada Bripka Seladi. dia jujur dan untuk menambah hidupnya dia nyambi sebagai pemulung sampah. Kini, Seladi telah pensiun.

Dalam situasi sosial-politik yang terasa begitu pengap, dalam situasi kemasyarakatan yang begitu mencekam karena pandemi dan dampaknya yang belum tahu kapan akan selesai, guyonan dalam bentuk komedian, satire adakah energi bagi demokrasi itu sendiri.

Guyonan atau satire itu tetaplah perjuangan anti kekerasan yang sah dalam demokrasi. Ia adalah bagian dari kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi yang tidak perlu dibungkam. Pandemi covid-19 bukan hanya membawa resesi ekonomi tetapi juga resesi demorasi.

Laporan indeks demokrasi 2019 yang diterbitkan The Economist Intelligent Unit memasukkan indonesia dalam negara demokrasi yang cacat (flawed democracy). Catatan indeks demokrasi harus dipakai untuk tetap merawat demokrasi. dari sisi proses pemilu dan kemajemukan, Indonesia mendapat nilai tertinggi yakni 7,92. Namun tiga indicator lain partisipasi politik (6,11), budaya politik (5,63) dan kekebasan sipil (5,59).

Institusi negara, termasuk kepolisian, tetap punya tanggung jawab untuk merawat  demokrasi, punya upaya untuk mencegah terjadinya resesi demokrasi. Upaya-upaya dari manapun termasuk para pendengung untuk membungkam kebebasan berekspresi bisa menciptakan persepsi buruk terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.

Pandemi memang sedang terjadi, resesi ekonomi sedang berada di depan mata, jangan ditambah lagi dengan resesi demokrasi yang akan kian memperpuruk citra bangsa. Hasil kajian indeks demokrasi dari the economist adalah alarm terhadap demokrasi Indonesia. Jangan over sensitive terhadap guyonan poliitk atau humor politik. kita nikmati saja kritik dan humor politik untuk menjaga kewarasan politik di tengah pandemi.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x