Kompas TV internasional kompas dunia

Kerusuhan Usai Kematian George Floyd Bisa Picu Gelombang Baru Virus Corona

Kompas.tv - 31 Mei 2020, 18:33 WIB
kerusuhan-usai-kematian-george-floyd-bisa-picu-gelombang-baru-virus-corona
Kericuhan disertai pembakaran terjadi saat aksi demo menentang kematian George Floyd di dekat sebuah kantor polisi di Minneapolis, AS, Kamis malam (28/5/2020). Aksi protes itu buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu. (Sumber: AFP/KEREM YUCEL)
Penulis : Fadhilah


KOMPAS.TV - Pembunuhan terhadap pria kulit hitam, George Floyd, yang dilakukan polisi kulit putih, berbuntut panjang. Protes besar-besaran terjadi di seluruh Amerika Serikat (AS).

Sejumlah pemimpin tampak meminta para pendemo tetap tenang, menghindari kerumunan serta tidak menghancurkan toko dan mobil polisi.

Pada beberapa malam terakhir, mereka bahkan membagikan masker dan memperingatkan para demonstran bahwa mereka berada dalam risiko penularan besar Covid-19.

Baca Juga: Detik-Detik Penangkapan George Floyd Hingga Meninggal yang Bikin Publik AS Marah

Dilansir The Associated Press via Kompas.com, Wali Kota Atlanta, Keisha Lance Bottoms pada Sabtu sore (30/5/2020) mengatakan, jika kalian ikut dalam demo protes semalam, kalian kemungkinan harus mengikuti tes Covid-19.

"Masih ada wabah di Amerika yang membunuh orang kulit hitam dan cokelat dalam jumlah yang lebih tinggi," katanya.

Senada, Gubernur Minnesota menuturkan, terlalu banyak pengunjuk rasa yang tidak melakukan social distancing atau memakai masker wajah.

Mereka tidak memedulikan peringatan pada awal pekan soal kewajiban memakai masker dan social distancing itu. Kebanyakan tidak mengacuhkan dan tidak terpengaruh.

"Tidak apa-apa bahwa di tengah pandemi kita harus berada di sini mempertaruhkan hidup kita," kata Spence Ingram pada Jumat setelah berbaris dengan pengunjuk rasa lain ke negara bagian Capitol di Atlanta.

"Tapi aku harus memprotes untuk hidupku dan berjuang untuk hidupku sepanjang waktu," sambungnya.

Ingram (25) yang mengenakan masker wajah itu mengaku menderita asma dan khawatir tertular virus.

Tapi dia berkata sebagai wanita kulit hitam, dia selalu merasa bahwa hidupnya berada di bawah ancaman dari polisi dan dia perlu memprotes hal itu.

Demonstrasi atas pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah seorang petugas polisi kulit putih Minneapolis menekan lutut di lehernya, datang pada saat banyak kota mulai bersantai dengan perintah tetap di rumah.

Para ahli kesehatan khawatir dan mulai takut bahwa pembawa virus yang asimptomatik alias tidak memiliki gejala tanpa disadari dapat menginfeksi orang lain pada demo protes.

"Apakah mereka bersemangat atau tidak itu tidak mencegah mereka terkena virus," kata Bradley Pollock, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat di University of California, Davis.

Bahkan untuk banyak pengunjuk rasa yang telah memakai masker, mereka tidak dijamin terlindung dari virus corona.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan masker kain karena bahan kain dapat membuat lebih sulit bagi orang yang terinfeksi untuk menyebarkan virus.

Namun bahan kain pada masker tidak dirancang untuk melindungi orang yang memakai masker menjadi tidak terkena virus.

Baca Juga: Demo Kecam Kematian George Floyd Berujung Rusuh, Massa Rusak Kantor CNN



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x