Kompas TV nasional berita kompas tv

Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya Jadi Tolak Ukur Penanganan Covid-19 di Indonesia

Kompas.tv - 29 April 2020, 13:13 WIB
pendekatan-sosial-ekonomi-dan-budaya-jadi-tolak-ukur-penanganan-covid-19-di-indonesia
Peta sebaran kasus positif virus corona di Indonesia. (Sumber: BNPB)
Penulis : Johannes Mangihot

JAKARTA, KOMPASTV - Penyebaran virus corona (Covid-19) tidak hanya dipengaruhi hal-hal yang bersifat klinis, namun juga kondisi sosial ekonomi dan budaya di masyarakat.

Begitu kata Dewan Riset Daerah DKI Jakarta, Sukma Widyanti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/4/2020).

Menurut Sukma di sisi sosial, kebiasaan, gaya hidup orang per orang maupun masyarakat secara kelompok dalam  kehidupan sehari-hari tidak bisa dipisahkan dalam faktor penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Terungkap!! Ini Penyebab Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Indonesia

Seperti melarang anak-anak untuk bermain di gang-gang rumah dengan konsekuensi menghilangkan sebagian dunia mereka. Atau melarang remaja yang terbiasa bercengkrama dengan kelompoknya, dan tetap ingin keluar rumah untuk berkumpul, entah di taman atau di pinggir jalan untuk sekedar ngopi bersama.

“Kehidupan sehari-hari ini adalah bagaimana mereka hidup rutin dari bangun tidur hingga tidur lagi. Interaksi sosial yang dilakukan tidak hanya dengan keluarga inti, tapi juga tetangga, pasar, sekolah, tempat kerja, taman, puskesmas, dan tempat publik lainnya,” ujar Sukma.

Di sisi ekonomi, perlu juga menjadi perhatian bersama agar penanganan penyebaran virus corona berjalan seiring dengan masyarakat.

Menurut Sukma, pemangku kepentingan harus memahami adanya kendala structural, seperti kemiskinan. Warga permukiman kawasan kumuh dan miskin akan tetap bertemu dengan keluarga inti karena mereka rata-rata hidup di satu ruang bersama-sama.

Baca Juga: Bansos Berujung Ramai dan Ricuh

Begitu juga dengan kewajiban mencuci tangan akan sulit dilakukan ketika warga miskin tidak memiliki akses pada air bersih termasuk harga air yang mahal.

“Kita juga akan sulit melakukan pelarangan pada pekerja informal saat mereka tidak memiliki tabungan dan harus tetap berjualan,” ujar Sukma.

Di sisi lain budaya gaya hidup bersih akan terasa asing bagi warga yang tinggal di kawasan kumuh d miskin. Seperti budaya mengganti baju setiap keluar rumah,  serta budaya mencuci tangan walau hanya bermain dengan teman yang setiap hari ditemui.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x