Kompas TV kolom opini

Covid-19 dan Multirateralisme

Kompas.tv - 22 April 2020, 15:51 WIB
covid-19-dan-multirateralisme
Ilustrasi foto: Istimewa (Sumber: triaskun.id)

Oleh Trias Kuncahyono

Pertanyaan besar yang sampai saat ini belum ada jawabannya adalah  kapan krisis karena pandemi Covid-19 akan berakhir? Apa yang akan terjadi setelah semuanya berakhir? 

Apakah benar akan muncul arsitektur baru dalam hubungan internasional, baik itu dalam hal aliansi politik, kemitraan perdagangan, dan sistem ekonomi global secara keseluruhan? Atau, apakah semuanya akan sama seperti sebelum pandemi Covid-19 menguasai dunia ini?

Pandemi Covid-19 seperti blitzkrieg, serangan dadakan yang dilakukan Jerman atas Polandia, pada 1 September 1939. Tanpa ba-bi-bu, 1,5 juta tentara Jerman Nazi menggempur Polandia. Mereka menggeruduk dari utara, selatan, dan barat. Tidak hanya lewat darat, tetapi laut dan udara. 

Karena serangan itu, Inggris Raya dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dan, PD II pun dimulai.  Di belahan Bumi lain, perang dimulai setelah Jepang mengebom Pearl Harbor di Hawaii, AS, 7 Desember 1941.

Enam tahun kemudian, PD II berakhir, dengan korban jiwa antara 45 – 60 juta. Jerman menyerah tanpa syarat, 8 Mei 1945. Di kawasan Timur, perang berakhir setelah AS menjatuhkan bom atas Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Apakah pandemi Covid-19, akan berakhir seperti itu, setelah semua negara tak berdaya?

Krisis Terburuk

Pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh dunia sekarang ini , bisa dikatakan merupakan krisis terburuk sejak akhir PD II. Menurut Johns Hopkins University (17/4), kini pandemi Covid-19 sudah melanda 185 negara, 2,1 juta orang positif terserang, dan 146. 040 orang mati, 550.343 orang sembuh.

Akibat lanjutannya akan begitu banyak: menimbulkan instabilitas di banyak negara, krisis ekonomi, krisis politik, dan bisa jadi menimbulkan konflik. PBB menyebutnya, apa yang terjadi sekarang ini bukan hanya krisis kesehatan, melainkan krisis kemanusiaan. 

Penyebaran Covid-19 yang begitu cepat, telah mendorong pemerintah di banyak negara mengambil kebijakan yang tidak biasa. Karena memang situasinya tidak biasa, belum pernah terjadi sebelumnya, maka aturan-aturan  yang biasa tidak lagi diterapkan.

Sekarang ini zaman tidak normal. Aturan dan ketentuan yang biasa tidak akan mampu untuk menghambat penyebaran virus korona. Keputusan banyak negara memberlakukan lockdown, social distancing, personal distancing, karantina mandiri, pembatasan sosial bersekala luas, dan sebagainya adalah langkah untuk memutus rantai penularan Covid-19.

Akibat  kebijakan-kebijakan tersebut sangat jelas. Orang terpaksa harus kerja di rumah, banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena itu kehilangan penghasilan, usaha-usaha pun banyak yang tutup. Tidak berlebihan kalau IMF menyatakan dunia akan memasuki masa krisis yang lebih buruk dibanding krisis 2009. Bila hal itu terjadi, maka, krisis kemanusiaan itu akan semakin menjadi.

Apalagi, kalau rantai penularasan Covid-19 tidak bisa segera bisa diputus karena banyak orang tidak mau berdisiplin menaati aturan dan ketentuan yang digariskan pemerintah, maka krisis kemanusiaan itu akan semakin parah. 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.