Kompas TV nasional jejak kasus

Kota Besar dan Masalah Kesejahteraan Sosial - JEJAK KASUS

Kompas.tv - 6 Maret 2020, 11:01 WIB
Penulis : Yudho Priambodo

Kota-kota besar menjadi tujuan utama para penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS). Seperti pengemis, gelandangan, anak jalanan menjadikan kota besar sebagai target utama mereka untuk mengemis dan menggelandang. Sekitar 60% meraka adalah pendatang dari berbagai daerah di Indonesia, ada dari jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan dari luar Pulau Jawa seperti dari Sumatera dan daerah lainnya. Faktor ekonomi menjadi alasan utama mereka memilih menjadi pengemis. Dinas Sosial DKI Jakarta bekerjasama dengan Dinas Sosial daerah lain untuk atasi para PMKS Jalanan yang masuk ke Wilayah DKI Jakarta. Pusat keramaian dan fasilitas umum menjdai lokasi utama untuk mengemis. Sebagai upaya menangani para PMKS Jalanan Dinas Sosial DKI Jakarta menempatkan petugas pelayanan, pengawasan dan pengendalian social (P3S) di lokasi rawan PMKS jalanan.

Petugas dinas sosial dari suku dinas sosial Jakarta Selatan temukan pengemis yang membawa uang sekitar 194,5 juta rupiah. Uang tersebut disimpan di dalam sebuah tas dan selalu dibawa kemana-mana. Uang ratusan juta tersebut diduga dari hasil mengemis. Namun pengemis yang bernama mukhlis tersebut membantah bahwa uang tersebut bukan dari hasil mengemis melainkan pemberian dari orang yang merasa kasihan pada dirinya dan dari hasil kerja sebagai tukang bangunan. Rencannya uang tersebut akan digunakan Mukhlis untuk modal usaha membuka rumah makan. Target mukhlis mengumpulkan uang hingga 200 juta rupiah. Untuk keamanan uang tersebut disimpan di Panti Sosial Bina Insan Daya 1 Kedoya, Jakarta Barat. Uang tersebut akan dikembalikan kepada Mukhlis. Banyak cara dilakukan para pengemis untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Terkadang memanipulasi bagian tubuh mereka, dengan cara pura-pura kaki buntung, lumpuh, dan anggota badan yang dibalut dengan perban.

Sementara itu di sebuah perkampungan pemulung, tepatnya di Kampung Penampungan Ghasong, Menteng Atas, Jakarta Pusat, beridiri sebuah lembaga pendidikan non formal yang diberinama Bilik Pintar atau YOI School. Bilik Pintar berfungsi jadi tempat anak-anak pemulung untuk mendapatkan pendidikan tambahan. Teguh Suprobo merupakan orang dibalik berdirinya Bilik Pintar. Kebaradaan Bilik Pintar ini mendapatkan dukungan dari warga yang tinggal di Kampung Penampungan Ghasong.

#JejakKasus

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x