Kompas TV nasional berita kompas tv

Profil Claus Wamafma, Bos Freeport Pertama dari Tanah Papua

Kompas.tv - 18 Februari 2020, 18:42 WIB
profil-claus-wamafma-bos-freeport-pertama-dari-tanah-papua
Areal tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, Timika, Papua, Kamis (24/11/2011). (Sumber: KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO)
Penulis : Deni Muliya

KOMPAS.TV - Claus Wamafma menjabat sebagai direktur di PT Freeport Indonesia. Dia ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk menduduki kursi direksi Freeport.

Claus Wamafma menjadi orang pertama asli Papua yang masuk jajaran petinggi perusahaan anggota holding pertambangan Indonesia itu. 

Dilihat dari profilnya, dia bukan wajah baru di Freeport Indonesia.

Baca Juga: Claus Wamafma, Putra Papua yang Ditunjuk Erick Thohir jadi Bos Freeport

Sebelum ditunjuk sebagai anggota direksi, dirinya pernah menduduki posisi Wakil Presiden Pengembangan Komunitas PT Freeport Indonesia sejak 2014.

Rekam jejak karirnya dihabiskan di raksasa tambang yang dulunya penanaman modal asing (PMA) asal Amerika Serikat tersebut.  

Awalnya Urus CSR dan Pemberdayaan Masyarakat

Sebagaimana dikutip dari Harian Kompas, 1 Desember 2014, tugasnya di Freeport Indonesia saat itu yakni mengurus kegiatan CSR dan pemberdayaan masyarakat, khususnya yang berada di area sekitar operasi perusahaan.

Pelayanan kesehatan di dua rumah sakit Freeport jadi salah tanggung jawab Claus Wamafma.

Di Distrik Tembagapura, Mimika, lokasi beroperasinya PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang multinasional, terdapat dua fasilitas kesehatan.

RS Tembagapura milik Freeport memberi layanan gratis bagi karyawan Freeport Indonesia dan warga sekitar yang merupakan tujuh suku asli di wilayah itu, yakni Damal, Ekari, Amungme, Kamoro, Moni, Dani, dan Mee.

Total kunjungan per hari 200 orang. Selain itu, terdapat RS Waa Banti, yang terletak di luar area operasi PT Freeport Indonesia.

Claus Wamafma juga yang bertanggung jawab pada layanan kesehatan yang disediakan Freeport untuk masyarakat pedalaman di Mimika, Papua.

”Kami kesulitan mencari tenaga yang mau bermukim di pedalaman berbulan-bulan,” kata Claus Wamafma saat itu.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x