Kompas TV nasional kompas siang

Polemik Pernyataan Kepala BKPM soal Perempuan akan Diganti Robot

Kompas.tv - 30 Januari 2020, 12:56 WIB
Penulis : Merlion Gusti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal alias BKPM, Bahlil Lahadalia, mengingatkan perkembangan teknologi bisa membuat perempuan kehilangan pekerjaan dan digantikan oleh robot. 

Padahal dalam beberapa tahun terakhir, perempuan sudah terbukti semakin memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, bahkan di dunia.

Kian hari, dunia semakin berubah. Perkembangan teknologi adalah keniscayaan yang bersifat universal. 

Baca Juga: Kepala BKPM: Hati-Hati Perempuan Bisa Tak Laku Diganti Robot

Di dunia, tekonologi berkembang tanpa memilih gender. Baik pria dan perempuan, sama-sama punya hak menikmati kemudahan teknologi. Meski memang, perkembangan teknologi juga membuat penyerapan tenaga kerja semakin sempit.

Menurut catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal alias BKPM, jika ekonomi tumbuh 1 persen di tahun 2013, jumlah tenaga kerja yang terserap mampu mencapai 720.000 orang.

Tapi seiring kemajuan alat dan sistem kerja, pertumbuhan ekonomi 1 persen di 2019 hanya mampu menyerap 110.000 tenaga kerja.

Sayangnya, BKPM melihat kemajuan teknologi ini hanya mengancam pekerja perempuan yang bisa diganti dengan robot.

Teknologi adalah kemudahan sekaligus "masalah baru" di dunia kerja. Pemerintahlah yang bertugas menjamin perempuan tetap punya kesempatan di dunia kerja.

Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama pernah bilang, jika tiap negara dijalankan perempuan, peningkatan akan terjadi di berbagai aspek.

Direktur Pelaksana IMF 2011-2019, Christine Lagarde juga berkata peran perempuan dalam ekonomi sudah mulai tinggi dan terbukti meningkatkan PDB dunia.

Menurut catatan IMF, berkat perempuan, peningkatan nilai PDB di Jepang bisa mencapai 9 persen, Korea 10 persen, dan bahkan India sampai 27 persen.

Sementara, berdasar data ILO 2016, kontribusi perempuan terhadap ekonomi di Indonesia masih kalah dibanding Malaysia dan yang paling tinggi adalah Tiongkok sampai 41 persen.

Di Indonesia, perusahaan seperti Freeport yang identik dengan laki-laki bahkan "lebih suka" mempekerjakan perempuan.

Tugas negara cukup hanya bersikap adil dan melindungi warganya tanpa rasa takut. 

Layaknya teknologi, kemajuannya juga tak pernah tebang pilih, tak hanya dinikmati oleh pria, tetapi juga perempuan.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x