Kompas TV nasional kompas bisnis

Ikan dan Migas Berlimpah, Laut Natuna Jadi Rebutan China dan Indonesia

Kompas.tv - 9 Januari 2020, 13:38 WIB
Penulis : Aleksandra Nugroho

Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa klaim Tiongkok atas teritori wilayah Natuna adalah salah. Sementara Tiongkok terbuka untuk berdialog dengan Indonesia soal wilayah Natuna.

Nama natuna mendadak santer dibicarakan di awal tahun 2020. Pasca-Tiongkok mengklaim hak di Perairan Natuna yang masuk di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Presiden Joko Widodo pun bertolak ke Natuna bertemu dengan ratusan nelayan. Presiden kembali menegaskan bahwa wilayah Kepulauan Natuna yang diklaim Tiongkok, masuk dalam teritori Indonesia.

Kapal asing sebenarnya boleh lalu lalang di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yaitu perairan yang membentang hingga 200 mil dari titik pangkal. Hanya saja dilarang mengambil sumber daya laut di wilayah ini.

Potensi lautlah yang selama ini jadi daya tarik asing di Natuna.

Tiap tahun, produksi ikan pelagis mencapai 621.500 ton, ikan demersal 334.800 ton, pelagis besar 66.100 ton, dan ikan karang 21.700 ton. Ditambah dengan produksi udang 11.900 ton, cumi-cumi 2.700 ton dan lobster 500 ton per tahun.

Namun, selama ini dari 20 ribu nelayan di Natuna, hanya 0,5 persen saja yang punya sarana untuk bisa melaut hingga teritorial ZEE Indonesia.

Belum lagi produksi migas Natuna yang melimpah, dengan produksi minyak 25.447 barrel per hari dan produksi gas 489,21 juta standar kaki kubik per hari.

Tiongkok menjelaskan mereka siap bekerja sama dengan Indonesia untuk menyelesaikan masalah di Perairan Natuna. 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x