Kompas TV regional berita daerah

Pementasan Karya Audiovisual Cita Rasa Banda Menyentuh Penonton Wisatawan Mancanegara dan Local

Kompas.tv - 19 Maret 2023, 12:10 WIB
pementasan-karya-audiovisual-cita-rasa-banda-menyentuh-penonton-wisatawan-mancanegara-dan-local
pementasan Karya Audiovisual Cita-Rasa-Banda: Putri Pala (The Nutmeg Princess) Part.2 di Benteng Belgica Banda Naira Maluku (Sumber: dok : Banda Haritage Society)
Penulis : KompasTV Ambon

AMBON,KOMPAS.TV - Aditya Retraubun (43) tiba dengan KM. Pangrango pagi 14 Maret 2023 di Naira karena alasan pekerjaan dan langsung tertarik ketika mendapat informasi tentang pementasan Karya Audiovisual Cita-Rasa-Banda: Putri Pala (The Nutmeg Princess) Part.2 di Belgica, benteng kolonial yang kokoh menantang Gunung Api Lewerani yang berjarak kurang dari 700 meter. Tepat pukul 20.00 WIT dia bersama ratusan penonton lainnya mulai mendaki bukit kecil menuju benteng dan mendapati kedua sisi setapaknya sudah ditanami obor penerang. Memasuki pagar dalam, Aditya diarahkan menuju meja kudapan khas Banda dan menikmati pengalaman kuliner di bawah cahaya bulan.

Tepat pukul 20.30 WIT, terdengar bunyi gong yang menandai dibukanya gerbang benteng. Keramaian pelan-pelan masuk dan mengambil posisi. Suasana benteng yang arkais dibantu pencahayaan artistik langsung melempar penonton ke suasana mistis. Jantung Aditya mulai berdebar.

Pukul 21.00 WIT, bunyi gong tiga kali berbunyi, lalu dari dalam sumur tua di tengah belgica sekonyong-konyong muncul sosok makhluk bengis sambil menyanyi lirih. Semua nafas tertahan. Itu adegan pembuka pertunjukan malam ini. Para aktor melempar tubuhnya ke sana kemari mengantar alur cerita yang menyihir penonton. Semua terpaku. Banyak air mata yang tumpah di kerumunan. Menceritakan perjalanan sosok golum menjumpai sang putri hingga menemukan pala, Putri Pala (The Nutmeg Princess) Part.2 mengalir selama 40 menit mengantar penonton pada klimaks yang hebat. Di tengah-tengah lakon, diselipkan juga sebuah video art hasil karya peserta workshop yang diasuh Syauqi Tuasikal dan penyajian kuliner fusion cuisine hasil worshop food fusion dibawah asuhan Seto Nurseto. Kedua selipan di atas mendukung cerita Putri Pala yang ditampilkan.

Penampilan memukau itu diapresiasi penonton dengan tepuk tangan panjang dan sambutan meriah ketika para aktor dan kru dipanggil kembali ke atas panggung.

Aditya merasa puas. Menurutnya ini sesuatu yang unik. “Ini baru dan bisa membuka mata banyak kalangan. Kemasannya mencekam karena dihelat di Belgica pada malam hari. Beberapa penonton di sebelah saya berbisik seram atau kaget di beberapa adegan. Yang pasti suguhannya sangat menarik”. Dia juga menambahkan kekagumannya pada aspek teknis. “Proyektor yang ditampilkan di gerbang dan di dalam benteng sangat presisi. Suasana mencekam diperkuat musik yang diaransemen baik. Begitu juga dengan suguhan makanan khas Banda yang sepertinya berbahan dasar pala”.

Banyak wisatawan asing juga tampak di antara penonton. Christian dan Claudia adalah sepasang suami istri dari Jerman yang sedang berlibur di Banda dan ikut menikmati pertunjukan. Mereka sepakat ini pertunjukan yang hebat. “Kami belum pernah menyaksikan sesuatu seperti ini. Yang kami pahami ini berhubungan dengan pala dan kepulauan rempah. Tetapi tarian dan kostumnya sangat fantastis,” ujar Claudia.

Christian juga menambahkan betapa para aktor bermain luar biasa. “Saya pikir semua orang bekerja keras. Kami sangat menikmati ini. Tata lampunya sangat menakjubkan. Kami bisa tahu yang bertanggung jawab adalah para profesional. Dan melibatkan masyarakat lokal (Banda) dalam penampilan, kerja yang bagus”.

Agung Pranyoto, Panitia Cita-Rasa-Banda mejelaskan tujuan diadakan pementasan putri pala part 2 ini merupakan upaya untuk mengajak generasi maluku untuk melestarikan sejarah dan budaya secara infoatif dan berkelanjutan

“tujuan diadakan putri pala 2 adalah salasatu upaya melestarikan sejarah,melestarikan seni, dan melestarikan kebudayaan secara inovatif dan semua itu dikemas dan dipublikasikan secaar langsung maupun media digital” ungkap agung.

Salah satu aktor, Fikram Baadila yang asli anak Banda mengaku ini pengalaman pertamanya berproses dalam teater tubuh. Tetapi kerja keras seluruh tim tampak berbuah manis. Sang sutradara penampilan Sugiyanti Ariani sampai menangis haru. Rasa takut dan terkesiap di awal penampilan ditutup rasa senang dan kebanggaan. Banyak rasa bercampur di Belgica. Fikram lalu menambahkan sebuah pesan di akhir wawancara, “kami persembahkan penampilan tadi untuk anak-anak Banda”.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x