Kompas TV nasional rumah pemilu

Alissa Wahid Beberkan Alasannya Bolehkan Parpol Tarik Simpati Warga NU

Kompas.tv - 7 Februari 2023, 20:25 WIB
alissa-wahid-beberkan-alasannya-bolehkan-parpol-tarik-simpati-warga-nu
Alissa Wahid dalam Sapa Indonesia Malam, Selasa (7/2/2023), menyebut partai politik (parpol) boleh mencoba menarik simpati warga Nahdlatul Ulama (NU). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV – Menjelang perhelatan politik tahun 2024, partai politik (parpol) boleh mencoba menarik simpati warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk meraup suara.

Pernyataan itu disampaikan oleh Alissa Wahid selaku Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Selasa (7/2/2023).

“Kalau warga NU diberikan keleluasaan untuk memilih, maka kami meyakini bahwa siapa pun boleh dong berusaha untuk menarik simpati warga NU, karena itu terserah pada warga NU sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, menarik simpati warga NU sangat berbeda dengan menarik simpati PBNU secara organisasi.

“Sangat berbeda menarik simpati PBNU dengan menarik simpati warga NU. Jadi kalau menarik simpati warga NU dipersilakan, itu boleh-boleh saja, sepanjang tidak atas nama NU,” tegasnya.

Baca Juga: Pengamat Sebut Perlu Kiai Senior untuk Islah PBNU dan PKB, Agar Gesekan Tak Meluas

Dalam dialog itu, Alissa juga menjelaskan bahwa PBNU tidak akan terlibat dalam politik praktis, dan hal itu menurut dia sudah berulang kali disampaikan oleh Ketua Umum PBNU Yahya Staquf.

“Sebetulnya bukan hanya kali ini saja Ketua Umum PBNU menyampaikan hal ini (tidak berpolitik praktis).”

“Dari sejak beliau menerima mandat sebagai ketua umum, beliau sudah mengatakan bahwa PBNU ini harus kembali kepada khitahnya untuk berpolitik luhur, berpolitik kebangsaan,” tegasnya.

Menurut Alissa, yang menjadi urusan NU adalah tentang Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa.

Sementara, dengan berpolitik praktis, akan membuat warga NU harus berseberangan dengan kelompok lain.

“Misalnya, kalau warga NU mendukung calon A di pilkada, maka secara otomatis dia harus melihat yang lain, pendukung calon yang lain sebagai saingan.”



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x