Kompas TV nasional hukum

Pakar Mikro Ekspresi Analisis Eliezer saat Bacakan Pleidoi: Ada Ekspresi Sedih, Marah, hingga Kecewa

Kompas.tv - 26 Januari 2023, 19:43 WIB
pakar-mikro-ekspresi-analisis-eliezer-saat-bacakan-pleidoi-ada-ekspresi-sedih-marah-hingga-kecewa
Terdakwa Richard Eliezer atau Bharada E saat membacakan nota pembelaan atau pleidoi dalam perkara pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (25/1/2023). (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar gestur dan mikro ekspresi, Monica Kumalasari, menganalisis terdakwa Richard Eliezer saat membacakan nota pembelaan atau pleidoi, dalam sidang perkara pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat pada Rabu (25/1/2023).

Utamanya, saat Eliezer mengungkapkan dirinya diperalat, dibohongi, disia-siakan, serta kejujurannya tak dihargai dalam kasus yang menjeratnya.

Menurut analisis Monica, terdapat beragam ekspresi yang muncul dari Richard Eliezer saat membacakan pleidoi, mulai dari sedih, marah, hingga kecewa. 

"Beragam ekspresi yang muncul, ada sedih, marah, kecewa, ini terlihat sekali dari ekspresinya," kata Monica dalam Kompas Petang Kompas TV, Kamis (26/1/2023).

"Dan (beragam ekspresi) ini juga terlihat, karena Eliezer membuat nota pembelaan yang ditulis tangan dan tangannya juga tremor."

Sementara jika dari segi suara dan ekspresi wajah, Monica menyebut hal itu mengekspresikan hati Eliezer yang sudah putus asa.

"Dari suara, facial expression (ekspresi wajah), mikro ekspresi ini kongruen untuk mengekspresikan hatinya yang sudah putus asa," jelasnya. 

Meski demikian, Monica menilai pleidoi yang dibacakan Richard Eliezer disampaikan dengan tulus.

Baca Juga: Cerita Ibu Richard Eliezer soal Suaminya yang Kehilangan Pekerjaan sebagai Sopir Imbas Kasus Sambo

Hal ini, kata dia, dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang merasakan dampak dari aspek nonverbal yang ditunjukkan Eliezer. 

"Kalau kita lihat juga masyarakat bisa merasakan dampak dari nonverbal. Di mana masyarakat bisa merasakan ada ketulusan di sini," jelasnya.

"Kenapa berbondong-bondong orang bisa berempati? Efek dari empati yang bisa disampaikan secara kumulatif ini adalah dampak dari nonverbal."

Diberitakan sebelumnya, terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua, Richard Eliezer, menyampaikan nota pembelaannya pada Rabu (25/1/2023) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Dalam pleidoi berjudul Apakah Harga Kejujuran Harus Dibayar 12 Tahun Penjara?, Eliezer merasa diperalat, dibohongi, dan disia-siakan Ferdy Sambo karena harus mengikuti perkataan dan perintah untuk menembak Brigadir Yosua.

Bahkan, Eliezer merasa kejujuran yang telah disampaikannya justru tidak dihargai, dan malah membuat dirinya dimusuhi Sambo.

"Saya yang hanya seorang prajurit rendah berpangkat bharada yang harus mematuhi perkataan dan perintahnya, ternyata saya diperalat, dibohongi dan disia-siakan, bahkan kejujuran yang saya sampaikan tidak dihargai malahan saya dimusuhi," ujar Eliezer.

"Begitu hancurnya perasaan saya dan goyahnya mental saya, sangat tidak menyangka akan mengalami peristiwa menyakitkan seperti ini dalam hidup saya, namun saya berusaha tegar."

Baca Juga: Maaf, Jujur dan Adil, Jadi Kata yang Sering Disebut Richard Eliezer dalam Nota Pembelaan


 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.