Kompas TV internasional kompas dunia

Buntut Tragedi Halloween Itaewon, Parlemen Korea Selatan Minta Menteri Dalam Negeri Mundur

Kompas.tv - 12 Desember 2022, 09:47 WIB
buntut-tragedi-halloween-itaewon-parlemen-korea-selatan-minta-menteri-dalam-negeri-mundur
Ilustrasi. Seorang pria bersujud untuk menghormati para korban tragedi Itaewon di dekat lokasi kejadian, Selasa (1/11/2022). (Sumber: Ahn Young-joon/Associated Press)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

SEOUL, KOMPAS.TV - Parlemen Korea Selatan minta Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min mundur sebagai respons dari tragedi Halloween Itaweon.

Lee Sang Min dianggap bertanggung jawab dan tekanan untuknya mundur kian besar atas insiden yang membuat 156 orang tewas dan 152 lainnya terluka pada tragedi 29 Oktober itu.

Majelis yang dikendalikan oposisi telah meloloskan mosi tersebut pada Minggu (11/12/2022).

Namun, Presiden Korea Selatn Yoon Suk-yeol diperkirakan akan menolak seruan pengunduran diri menterinya.

Baca Juga: Hacker Korea Utara Gunakan Tragedi Halloween Itaewon untuk Sebarkan Serangan Malware

Kantor Berita Yonhap dikutip dari BBC mengungkapkan Partai Demokrat mengancam akan memakzulkan Menteri Lee jika Presiden menolak mosi tersebut.


 

Kementerian Dalam Negeri dianggap bertanggung jawan karena mereka mengawasi kepolisian Korea Selatan.

Kepolisian memang menjadi sasaran kritik atas reaksi mereka terhadap insiden Halloween di Itaweon, distrik kehidupan malam yang populer di Seoul dengan jalan-jalan sempit dan gang-gang yang dipenuhi bar dan restoran.

Tragedi itu terjadi ketika kerumunan merayakan Halloween, setelah pertama kalinya pembatasan diangkat setelah wabah Covid-19.

Kepala Polisi Korea Selatan, Yoon Hee-keun, mengatakan tanggap darurat tidak memadai.

Ia juga bersumpah akan melakukan penyelidikan penuh atas apa yang telah terjadi.

Lee Sang-min sendiri telah meminta maaf kepada Majelis Nasional.

Baca Juga: Merasa Terkepung Musuh, Sekutu Putin Klaim Rusia Kembangkan Senjata Penghancur Terkuat

“Sangat menyedihkan bagi saya sebagai seorang ayah, yang memiliki putra dan putri,” tuturnya dikutip dari BBC.

“Sangat sulit untuk mengekspresikan dalam kata-kata bagaimana situasi ini seperti tidak nyata, dan sulit untuk menerima situasi ini,” ujarnya.

Tekanan terhadap pejabat Korea Selatan atas kasus ini terus meningkat.

Kebanyakan korban atas insiden tersebut adalah remaja dan anak-anak muda berusia 20 tahun-an.  



Sumber : BBC

BERITA LAINNYA



Close Ads x