Kompas TV nasional kriminal

Psikologi Forensik Nilai Motif DDS Bunuh Satu Keluarga Lebih ke Ekonomi bukan Sakit Hati

Kompas.tv - 1 Desember 2022, 13:47 WIB
psikologi-forensik-nilai-motif-dds-bunuh-satu-keluarga-lebih-ke-ekonomi-bukan-sakit-hati
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel saat berbincang di program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Selasa (22/11/2022). (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri menilai ada motif instrumental yang mendorong Dhio Daffa Syahdilla atau DDS (22), melakukan pembunuhan keluarganya sendiri dengan racun sianida.

Menurut Reza, motif sakit hati karena ikut dibebankan untuk menghidupi keluarga bisa saja menjadi alasan pelaku untuk menutup motif instrumental. 

Motif instrumental yakni ada keinginan yang dicapai dari tindakan tersebut. Semisal untuk menguasai harta atau mendapatkan hak waris dari keluarga. 

"Motif instrumental ini berbeda dengan emosional, kalau emosional ada rasa negatif yang mendorong pelaku melakukan itu, sementara instrumental manfaat apa yang ingin dia capai lewat pembunuhan itu," ujar Reza di program Kompas Malam KOMPAS TV, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga: Satu Keluarga di Magelang Tewas Diracun Oleh Sang Anak Bungsu, Pelaku Disebut Kerap Menipu Orangtua

Raza juga meyakini pelaku tidak mengalami ganguan jiwa dan secara sadar melakukan perbuatannya. Hal ini bisa diketahui saat penyidik menggali keterangan pelaku hingga akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. 

Dalam proses pemeriksaan, penyidik pastinya memiliki penilaian dengan melihat kompetensi pelaku saat memberikan keterangan, kemampuan memahami pertanyaan dan bisa mempertangungjawabkan pernyataan yang diberikan.

Namun perlu juga digali mengenai motif instrumental tadi, sebab jika motif ini tidak didalami, ada kemungkinan aksi pembunuahn ini cara yang jitu untuk mendapatkan harta.

"Hal ini menurut saya perlu didalami, mudah-mudahan memberi gambaran sebetulnya rasa sakti hati emosional kah atau justru motif ini instrumental yang jadi penyebab utama pelaku melakukan kejahatan," ujar Reza.

Baca Juga: Diungkap Paman, si Bungsu Peracun Keluarga di Magelang Sering Nipu Ortu: Rp32 Juta Habis Sebulan

Sebelumnya satu keluarga terdiri dari suami Abbas Ashar (58), istri Heri Riyani (54), dan anak perempuan bernama Dhea Chairunisa (25) tewas di rumahnya di Desa Prajenan, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Senin (28/11/2022).

Satu keluarga ini tewas diracun oleh Dhio Daffa Syahdilla, anak kedua keluarga tersebut. 

DDS kepada penyidik mengakui membunuh keluarganya karena sakit hati. Pelaku yang merupakan anak bungsu ini tidak terima diminta bantu perekonomian keluarga.

Polda Jateng telah menetapkan DDS sebagai tersangka pembunuhan keluarganya sendiri. Pelaku melakukan aksi kejahatannya dengan menuang racun sianida ke minuman korban yang biasa disajikan pagi hari oleh sang ibu. 

Baca Juga: Cerita ART soal Kasus Satu Keluarga Tewas Diracun, Korban Masih Napas Saat Diangkat dari Kamar Mandi

Adapun racun sianida didapat dari situs jual beli online dan pembayaran Cash on Delivery (COD) kepada salah satu kurir belanja online di wilayah Kabupaten Magelang.

Sianida itu beli seharga Rp 750 ribu pada 17 November 2022 kemudian digunakan pada Senin 28 November 2022. 

Atas perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 340 juncto Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.


 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x