Kompas TV internasional kompas dunia

Arab Saudi Tegaskan Hubungan dengan Amerika Serikat Solid, Terkait OPEC+ Hanya Beda Pandangan Saja

Kompas.tv - 14 November 2022, 04:05 WIB
arab-saudi-tegaskan-hubungan-dengan-amerika-serikat-solid-terkait-opec-hanya-beda-pandangan-saja
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al Jubeir kembali membela keputusannya untuk menurunkan produksi minyak dan pada Minggu (13/11/2022) menegaskan hubungannya dengan Amerika Serikat cukup kuat untuk bertahan dari kejatuhan tersebut. (Sumber: France24)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

SHARM EL-SHEIKH KOMPAS.TV - Arab Saudi kembali membela keputusannya untuk menurunkan produksi minyak dan pada Minggu (13/11/2022) menegaskan hubungannya dengan Amerika Serikat cukup kuat untuk bertahan dari kejatuhan tersebut.

“Kami memiliki ketidaksepakatan mengenai pasar minyak,” kata Adel Al-Jubeir, Menteri Luar Negeri Arab Saudi yang juga utusan utama soal iklim, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV.

“Kami memiliki posisi kami, dan kami yakin posisi kami benar. Beberapa pihak di AS mengambil pendekatan yang berbeda, tetapi kami akan dapat mengatasi ini.”

Gedung Putih mengkritik Arab Saudi setelah mengatur langkah OPEC+ bulan lalu untuk memangkas produksi minyak dua juta barel per hari.

AS mengatakan keputusan itu datang pada "momen terburuk" ekonomi global karena tekanan inflasi. Presiden Joe Biden kemudian berjanji untuk menilai kembali dukungan militer AS untuk kerajaan tersebut.

“Ini adalah hubungan yang sangat kuat,” kata Al-Jubeir hari Sabtu di Saudi Green Initiative selama KTT iklim COP27 di Mesir, “Kami telah melihat datang dan berlalunya banyak badai. Kami mengalami pasang surut dan kami selalu bergerak menuju hubungan yang lebih kuat, lebih dalam dan lebih luas.”

Dalam wawancara terpisah, Jumat (11/11/2022) lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, OPEC+ akan tetap berhati-hati karena "ketidakpastian" ekonomi dunia.

Baca Juga: Arab Saudi dan Uni Emirat Arab Bela Keputusan OPEC Pangkas Produksi Walau ada Tekanan AS

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman. Arab Saudi kembali membela keputusannya untuk menurunkan produksi minyak dan pada Minggu (13/11/2022) menegaskan hubungannya dengan Amerika Serikat cukup kuat untuk bertahan dari kejatuhan tersebut. (Sumber: Arab News)

OPEC+ termasuk Rusia akan bertemu pada 4 Desember untuk memutuskan apakah akan memangkas produksi kembali, mempertahankannya tetap stabil atau berbalik arah dan memompa lebih banyak.

Harga minyak bumi turun sejak Juni karena bank sentral menaikkan suku bunga dan China mempertahankan strategi nol Covid-19. Tapi Brent masih di atas USD95 per barel dan naik 23 persen tahun ini, dengan banyak pedagang khawatir tentang kekurangan pasokan setelah Uni Eropa secara efektif melarang impor minyak mentah Rusia mulai bulan depan.

“Kami akan terus bekerja untuk kepentingan terbaik kami,” kata Al-Jubeir. “Ada banyak keselarasan kepentingan antara kerajaan dan AS.”

Al-Jubeir mengatakan dia akan bertemu dengan utusan iklim AS, John Kerry, di Sharm el-Sheikh, tempat COP27 berlangsung. Dia juga memastikan Presiden China Xi Jinping akan mengunjungi Arab Saudi.

“Arab Saudi dan China punya kepentingan besar yang dipertaruhkan,” katanya. “China adalah mitra dagang terbesar kami. Kami memiliki investasi besar di China dan perusahaan China memiliki investasi besar di Arab Saudi.”

Menanggapi kritik dari para aktivis iklim bahwa Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, mengecilkan kebutuhan untuk beralih dari bahan bakar fosil, Al-Jubeir mengatakan tidak ada kontradiksi antara memompa hidrokarbon dan melindungi lingkungan.

"Kita bisa melakukan keduanya," katanya. Arab Saudi telah memasukkan "sumber daya keuangan yang luar biasa" ke dalam inisiatif iklimnya, katanya. Itu termasuk menanam miliaran pohon dan berinvestasi dalam tenaga surya dan produksi hidrogen.

“Kebutuhan dunia akan energi terus meningkat, dan perluasan kebutuhan energi tersebut harus dipenuhi oleh sumber selain minyak,” katanya. "Anda hanya dapat menghasilkan begitu banyak dan kami sangat dekat dengan batas itu."



Sumber : Bloomberg

BERITA LAINNYA



Close Ads x