Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Gelar Pemilu Kelima dalam Kurun 3,5 Tahun, Kandidat Ekstrem Kanan Menguat, Palestina Terancam

Kompas.tv - 1 November 2022, 12:53 WIB
israel-gelar-pemilu-kelima-dalam-kurun-3-5-tahun-kandidat-ekstrem-kanan-menguat-palestina-terancam
Ilustrasi. Seorang serdadu Israel memilih lebih awal di sebuah tempat pemungutan suara di Kibbutz Kerem Shalom, dekat perbatasan Jalur Gaza, Senin (31/10/2022). Pemilu Israel secara nasional digelar pada Selasa (1/11/2022). (Sumber: Tsafrir Abayov/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Desy Afrianti

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Israel menggelar pemilihan umum kelima dalam kurun tiga setengah tahun terakhir pada Selasa (1/11/2022). Pemilihan legislatif ini akan menentukan susunan parlemen (Knesset) Israel sekaligus pos perdana menteri.

Sejak 2019, pemenang pemilu Israel selalu gagal membentuk koalisi stabil. Sehingga, parlemen berulangkali dibubarkan dan digelar pemilihan umum.

Pemilu kali ini pun diwarnai kontestasi dua partai terbesar yang dipimpin perdana menteri interim, Yair Lapid dan eks perdana menteri Benjamin Netanyahu. Jajak pendapat memprediksi persaingan keduanya akan berjalan ketat.

Netanyahu dan Lapid sendiri berkoalisi dalam kabinet sebelumnya. Namun, koalisi ini tak bertahan lama dan Netanyahu keluar menjadi oposisi. Partisipasi Netanyahu kali ini pun disorot karena kelayakannya dipertanyakan serta ia dijerat dugaan korupsi.

Baca Juga: PM Israel Tembakkan Rudal ke Jalur Gaza Jelang Pemilu, Pengamat: Sengaja, agar Terlihat Macho

Di lain sisi, terdapat pemain baru yang diyakini bakal menjadi sosok antagonis bagi Palestina. Partai Zionisme Religius pimpinan Itamar Ben-Gvir menguat belakangan ini dan diyakini menjadi kontestan yang pantas dipertimbangkan.

Melansir Associated Press, partai pimpinan Ben-Gvir diprediksi akan menjadi faksi terbesar ketiga di Knesset mendatang. Jika berhasil membantu Netanyahu, yang berhaluan konservatif, menang pemilu, Ben-Gvir diyakini akan mendorong kebijakan lebih keras untuk Palestina.

Sebagai catatan, perdana menteri di Israel tidak dipilih langsung, melainkan ditentukan melalui mayoritas anggota Knesset. Untuk mengontrol dewan beranggotakan 120 orang itu, sebuah partai atau koalisi harus memenuhi ambang batas mayoritas, yakni 61 kursi.

Akan tetapi, apabila koalisi yang mengamankan ambang batas mayoritas gagal terbentuk, Israel mesti menggelar pemilihan umum lagi pada awal 2023 mendatang. Kegagalan seperti demikian menandai krisis politik Israel beberapa tahun belakangan.

Baca Juga: Israel Penjarakan Pemain Sepak Bola Palestina 4 Tahun dan Denda Rp17,6 Juta, Ini Alasannya



Sumber : Associated Press

BERITA LAINNYA



Close Ads x