Kompas TV internasional kompas dunia

Bentrok Antarsuku yang Dipicu Pertandingan Sepak Bola Meletus di Pulau Cinta Papua Nugini, 32 Tewas

Kompas.tv - 26 Oktober 2022, 04:35 WIB
bentrok-antarsuku-yang-dipicu-pertandingan-sepak-bola-meletus-di-pulau-cinta-papua-nugini-32-tewas
Ilustrasi. Citra satelit yang menunjukkan wilayah Papua Nugini. Gambar ini diunggah pada 10 April 2019. (Sumber: NASA via Wikimedia)

PORT MORESBY, KOMPAS.TV - Bentrok antarsuku di Pulau Kiriwina atau akrab disebut warga setempat sebagai "pulau cinta" di Papua Nugini terjadi sejak Senin (24/10/2022). Hingga berita ini diturunkan, 32 orang dilaporkan tewas dan 15 lainnya dinyatakan masih hilang.

Melansir The Guardian, pertempuran berdarah ini berlangsung antara warga daerah Kulumata dan Kuboma di pulau tersebut.

Pada Selasa (25/10/2022), Menteri Keamanan Dalam Negeri Papua Nugini Peter Tsiamalili Jnr menyatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim polisi dari ibu kota Port Moresby ke Pulau Kiriwana.

"Tim polisi yang diterjunkan hari ini ke pulau itu diinstruksikan untuk mengamankan dan menjaga kondisi di area tersebut, menunjukkan kepemimpinan di lapangan dan membantu memlai proses perdamaian," kata Tsiamalili.

Baca Juga: 900 Personil TNI AD Tiba di Papua Amankan Perbatasan Indonesia-Papua Nugini

Kepada The Guardian, seorang sumber anonim yang tak mau diungkap identitasnya atas alasan keamanan menyebut bentrok terjadi sejak September lalu.

Pangkalnya adalah perkelahian dalam pertandingan sepak bola. Dalam perkelahian ini, seorang warga Desa Bwetalu, Kuboma terbunuh.

Ia menyebut warga Kuboma telah membalas dengan menghancurkan kebun-kebun ketela milik warga Kulumata. Kebun ketela adalah sumber penghidupan berharga bagi mereka.

Warga Kulumata berupaya melaporkan perusakan itu ke polisi. Namun, saat hendak melapor, mereka dicegat sekelompok warga Kuboma. Bentrokan pun tak terhindarkan.

Seorang warga setempat mengaku ngeri dengan kekerasan yang terjadi di "pulau cinta." Para perempuan dilaporkan terpaksa kabur membawa anak-anak mereka.

"Perang suku selalu menjadi bagian hidup dan budaya kami, tetapi normalnya, ketika seseorang terbunuh, bentrokan terhenti. Mereka melakukan gencatan senjata dan memulai proses tradisional mengurusi kasus kematian, tidak terus bentrok seperti ini," katanya.

"Orang Kuboma dan Kulumata itu berkerabat dan sangat menyedihkan bagi kami, para ibu, saudari, dan putri melihat warga kami saling berkelahi seperti ini," lanjutnya.

Baca Juga: Nakhoda Kapal Tewas Ditembak di Perbatasan Laut Indonesia-Papua Nugini



Sumber : The Guardian

BERITA LAINNYA



Close Ads x