Kompas TV nasional kesehatan

Antidotum Gagal Ginjal Akut dari Singapura Sudah Diuji Coba di RSCM, Ini Hasilnya

Kompas.tv - 22 Oktober 2022, 20:23 WIB
antidotum-gagal-ginjal-akut-dari-singapura-sudah-diuji-coba-di-rscm-ini-hasilnya
Ilustrasi ginjal. Orang tua perlu mengenali gejala gagal ginjal akut pada anak dan lakukan upaya pencegahan. (Sumber: Shutterstock/Peakstock)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Juru bicara Kementerian Kesehatan M Syahril mengatakan antidotum gagal ginjal akut sudah diujicobakan di RSCM sejak 19 Oktober 2022. Ia menganalogikan antidotum serupa penawar, seperti bisa ular dengan serum bisa ular atau rabies dengan serum rabiesnya.

“Menteri Kesehatan minta antidotum kepada Kementerian Kesehatan Singapura untuk digunakan pasien gagal ginjal akut di Indonesia yang dirawat di RSCM,” ujarnya, Sabtu (22/10/2022).

Hasilnya, kondisi 60 persen pasien gagal ginjal akut yang sudah menerima antidotum, membaik. Sisanya, masih bertahap dan belum menunjukkan hasil signifikan.


Baca Juga: Balita 4 Tahun Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

Rencananya, Kementerian Kesehatan bakal mendatangkan lagi dengan memesan ulang obat tersebut dari Singapura dan Australia. Rumah sakit-rumah sakit akan dibagikan secara bertahap dan proporsional.

“Jadi tidak semua rumah sakit akan mendapatkan, hanya rumah sakit dengan pasien gagal ginjal akut yang menerima,” ucapnya.

Seperti yang diketahui, instruksi Kementerian Kesehatan menginstruksikan seluruh apotek tidak menjual 102 jenis obat sirop yang ditemukan di 156 rumah pasien gagal ginjal akut. Setelah diperiksa, seluruh obat sirop itu mengandung polietilen glikol dengan kadar melebihi ambang batas.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM merilis 5 merek obat sirop yang ditarik peredarannya karena memiliki kandungan cemaran etilen glikol dan dietilen glikol yang melebihi ambang batas aman.

Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal Akut Belum Terdeteksi di Bengkulu

Menurut Syahril, kandungan 102 obat itu sedang diteliti dan hasil kualitatif serta kuantitatifnya masih harus ditunggu. Ia tidak bisa memastikan kapan hasil akan dirilis, karena juga berkaitan dengan BPOM.

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x