Kompas TV internasional kompas dunia

Pemimpin Gereja Tolak Wacana Pemindahan Kedubes Inggris ke Yerusalem, Disebut Halangi Perdamaian

Kompas.tv - 10 Oktober 2022, 21:16 WIB
pemimpin-gereja-tolak-wacana-pemindahan-kedubes-inggris-ke-yerusalem-disebut-halangi-perdamaian
Ilustrasi. Suster-suster Kristen Ortodoks membawa bunga dan lilin ke tempat yang diyakini sebagai makam Perawan Maria di Yerusalem, 25 Agustus 2022. Pada Senin (10/10/2022), para pemimpin gereja di Yerusalem menyuarakan penolakan atas wacana pemindahan gedung Kedutaan Besar Inggris Raya dari Tel Aviv ke Yerusalem. (Sumber: Mahmoud Illean/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Para pemimpin gereja di Yerusalem menyuarakan penolakan atas wacana pemindahan gedung Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris Raya dari Tel Aviv, Israel, ke Yerusalem.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (10/10/2022), Majelis Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem mengkritik permintaan kepada Perdana Menteri Inggris Raya Liz Truss untuk memindahkan gedung kedubes.

Permintaan tersebut dilayangkah oleh Sahabat Konservatif Israel, faksi pro-Israel di parlemen Inggris Raya yang terafiliasi Partai Konservatif.

"Sebagai kota suci tiga agama Ibrahim yang merepresentasikan setengah populasi dunia, Yerusalem sejak lama diakui komunitas internasional, termasuk Inggris Raya, sebagai kota dengan status spesial (Corpus Separatum) yang ditujukan untuk menjaga kebebasan beragama, karakter sakral Yerusalem sebagai Kota Suci, dan penghormatan serta kebebasan akses untuk tempat-tempat sucinya," demikian bunyi pernyataan majelis tersebut sebagaimana dikutip Wafa.

Baca Juga: Ultra-Nasionalis Yahudi Teriakkan Slogan Rasis saat Longmars di Kota Tua Yerusalem

Majelis itu menambahkan, mempertahankan status quo di Yerusalem penting untuk menjaga harmoni dan kerukunan antarumat beragama di seluruh dunia.

Majelis kemudian menggarisbawahi bahwa kebanyakan pemerintahan di dunia enggan merelokasi kedubes ke Yerusalem sebelum kesepakatan mengenai status final kota itu tercapai.

Israel menduduki bagian timur Yerusalem pada 1967 dan mencaploknya pada 1980 dengan melanggar hukum internasional.

Palestina menghendaki Yerusalem Timur sebagai bakal ibu kota negaranya kelak. Namun para pemimpin Israel menyatakan Yerusalem seluruhnya menjadi bagian dari Israel.

Pemindahan kedubes asing ke Yerusalem pun menjadi isu kontroversial yang rentan memicu eskalasi konflik Israel-Palestina.

Pada 2018 lalu, bentrok berdarah meletus di perbatasan Jalur Gaza usai warga Palestina memprotes pemindahan Kedubes Amerika Serikat (AS) dari Tel Aviv ke Yerusalem yang dilakukan pemerintahan Donald Trump.

Menurut Majelis Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem, jika London ikut memindahkan kedubes, maka pemerintahan Liz Truss justru menganggap penyelesaian damai Israel-Palestina tidak penting.

"Pemindahan Kedubes Inggris Raya ke Yerusalem akan sangat merusak prinsip kunci Corpus Separatum dan perundingan politis yang hendak dibawanya," tulis majelis tersebut.

Majelis ini pun mendesak London untuk memfasilitasi dibukanya kembali perundingan damai antara Israel dan Palestina sesuai hukum internasional dan resolusi-resolusi PBB yang relevan.

"Hanya dengan inisiatif seperti itu, kami yakin, akan ada perdamaian abadi di Yerusalem dan seluruh Timur Tengah," pungkas majelis tersebut.

Baca Juga: Israel Bayar Kompensasi Kakek Palestina yang Tewas saat Ditahan demi Tak Dibawa ke Pengadilan

 


 



Sumber : WAFA


BERITA LAINNYA



Close Ads x