Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Kerugian Mobil Listrik Dibanding dengan Mobil BBM, dari Harga hingga Jangkauan, Begini Hitungannya

Kompas.tv - 6 Oktober 2022, 12:41 WIB
kerugian-mobil-listrik-dibanding-dengan-mobil-bbm-dari-harga-hingga-jangkauan-begini-hitungannya
Mobil listrik MG 5 EV yang dipamerkan dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (21/11/2021). (Sumber: Kompas.id/ Heru Sri Kumoro)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Iman Firdaus

SOLO, KOMPAS.TV – Mobil listrik disebut mempunyai keunggulan bisa menghemat ongkos bahan bakar minyak (BBM) serta biaya operasional yang lebih rendah. Namun, untuk mencapai beberapa keuntungan itu, butuh investasi besar diawal yang harus dikeluarkan.

Berdasarkan hasil analisis yang dikeluarkan oleh Kompas.id, berikut adalah hasil hitungan kerugian dari segi harga dan biaya operasional mobil listrik dengan mobil konvensional (berbahan bakar minyak).

Kompas menganalisis harga dan biaya operasional dari 69 mobil konvensional dan listrik. Sejumlah mobil ini terdiri dari kelas mobil kecil LCGC (low cost green car), mobil kota/hatchback, sport utility vehicle (SUV), dan minibus multi-purpose vehicle (MPV).

Kategori ini dipilih karena mewakili jenis mobil listrik yang sudah ada di Indonesia dengan harga di bawah Rp 1 miliar.

  • Selisih harga mobil

Mobil listrik lebih mahal 47 persen ketimbang mobil konvensional. Harga rata-rata untuk mobil BBM adalah Rp 419,9 juta, sedangkan mobil listrik mencapai Rp 617,6 juta. Selisihnya adalah sebesar Rp 197 juta.

Dari angka selisih tersebut,  jika digunakan untuk membeli BBM Pertalite Pertamina dengan harga Rp 10.000 per liter, volume BBM yang dibeli adalah 19.761 liter.

Volume sebanyak itu dapat digunakan untuk berkendara sejauh 303.768 km atau 15 tahun 2 bulan. Ini dengan asumsi setiap tahun melakukan perjalanan 20.000 km dan efisiensi mesin rata-rata 15,37 km per 1 liter.

Baca Juga: Sejumlah Ganjalan Pengembangan Mobil Listrik di Indonesia, dari Ekosistem sampai Baterai

  • Jangkauan

Tantangan lain yang harus dihadapi calon pembeli kendaraan listrik adalah jangkauan mobil yang relatif lebih rendah ketika penyimpanan energinya dalam kondisi penuh (tangki BBM penuh dan baterai penuh).

Secara rata-rata, daya jangkau mobil BBM ketika tangki penuh adalah 722,9 km. Sedangkan mobil listrik hanya sekitar setengahnya (45 persen) 328,2 km.

Jika digunakan di dalam kota saja, mungkin jangkauan mobil listrik tidak akan jadi masalah. Namun, untuk perjalanan luar kota atau jarak jauh, yang digarisbawahi peran krusial stasiun pengisian kendaraan listrik umum.

  • Biaya operasional

Biaya operasional mobil listrik yang terdiri dari perawatan, energi, serta pajak, secara rata-rata membutuhkan Rp 23,3 juta selama periode penggunaan lima tahun atau 100.000 kilometer. Ini lebih rendah sekitar 76 persen ketimbang biaya operasional mobil BBM konvensional yang mencapai Rp 97,3 juta selama lima tahun.

Artinya, penggunaan mobil listrik dapat menghemat ongkos energi sebesar Rp 74 juta selama lima tahun.

Namun, keunggulan itu akan terhapus dengan biaya investasi awal mobil listrik rata-rata yang masih Rp 198 juta lebih mahal.

Biaya kepemilikan total atau total cost of ownership (TCO) mobil listrik selama 5 tahun adalah Rp 640,9 juta. Sementara TCO mobil BBM 517,3 juta. Artinya, TCO mobil listrik masih 24 persen lebih mahal ketimbang mobil BBM.



Sumber : Kompas.id

BERITA LAINNYA



Close Ads x