Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Rusia Umumkan Mobilisasi Parsial, Kanselir Jerman: Mereka Lagi Putus Asa di Ukraina

Kompas.tv - 21 September 2022, 22:04 WIB
rusia-umumkan-mobilisasi-parsial-kanselir-jerman-mereka-lagi-putus-asa-di-ukraina
Ilustrasi. Serdadu Ukraina berkacak pinggang di atas tank usai merebut kembali suatu wilayah di Oblast Kharkiv yang tadinya diduduki pasukan Rusia, 12 September 2022. Pada Rabu (21/9/2022), Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menetapkan mobilisasi parsial sebagai tindakan putus asa. (Sumber: Kostiantyn Liberov/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

NEW YORK, KOMPAS.TV - Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menetapkan mobilisasi parsial sebagai “tindakan putus asa.” Hal tersebut disampaikan Scholz di tengah pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di new York, Amerika Serikat (AS), Rabu (21/9/2022).

Sebelumnya, Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk membantu upaya perang di Ukraina. Kremlin disebut akan memanggil 300.000 kekuatan cadangan militer untuk membantu invasi.

Baca Juga: Putin Umumkan Mobilisasi Parsial, Warga Rusia Panik, Tiket Pesawat ke Luar Negeri Ludes!

“Kebijakan terkini oleh pemerintah Rusia adalah suatu tindakan putus asa. Rusia tidak bisa memenangkan perang jahat ini dan dengan kebijakannya terkini, Putin dan Rusia hanya membuat segalanya lebih buruk,” kata Scholz dikutip Associated Press.

“Dia benar-benar meremehkan situasi sejak awal; perlawanan dan kehendak melawan bangsa Ukraina, tetapi juga persatuan dan ketetapan hati kawan-kawan Ukraina,” lanjut suksesor Angela Merkel tersebut.

Lebih lanjut, Scholz mengomentari upaya referendum yang digelar di daerah-darah yang dikuasai separatis pro-Rusia di timur Ukraina.

Kanselir berusia 64 tahun itu menyebut referendum Rusia tidak akan pernah diterima komunitas internasional ataupun Urkaina.

“Itu tidak bisa menjadi justifikasi dari tujuan sebenarnya Rusia, yang mana menjajah secara brutal negara tetangganya atau bagian dari negara itu. Dalam dunia yang kita tinggali, hukum harus menang atas kekerasan, dan kekerasan tidak boleh lebih kuat dari hukum,” pungkas Scholz.

Baca Juga: Putin Mobilisasi 300.000 Tentara Tempur Tambahan, Inilah Rentang Masa Serangan Rusia ke Ukraina


 



Sumber : Associated Press

BERITA LAINNYA



Close Ads x