Kompas TV internasional kompas dunia

Ratu Elizabeth II Wafat, Negara-Negara Persemakmuran Diprediksi akan Lepas dari Kerajaan Inggris

Kompas.tv - 19 September 2022, 19:02 WIB
ratu-elizabeth-ii-wafat-negara-negara-persemakmuran-diprediksi-akan-lepas-dari-kerajaan-inggris
Raja Inggris Charles III, tengah, dan anggota keluarga kerajaan lainnya mengadakan vigili di peti mati Ratu Elizabeth II di Katedral St Giles, Edinburgh, Skotlandia, Senin 12 September 2022 (Sumber: Jane Barlow/Pool via AP)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat hubungan internasional Universitas Jenderal Ahmad Yani, Hikmahanto Juwana, menyebut wafatnya Ratu Elizabeth II akan memengaruhi sikap negara-negara Persemakmuran (Commonwealth) terhadap kerajaan Inggris.

"Kalau kita melihat negara-negara Persemakmuran (Commonwealth countries), akan berpengaruh, karena ada sejumlah negara persemakmuran, yang kepala negaranya Ratu Inggris, sudah beberapa kali menginginkan adanya pemisahan dengan monarki Inggris," jawab Hikmahanto dalam Breaking News KOMPAS TV, Senin (19/9/2022).

Sejumlah negara Persemakmuran, di antaranya Selandia Baru, Australia, Kanada, kata Hikmahanto, mengakui Ratu Inggris sebagai kepala negara, sehingga di setiap negara itu terdapat Gubernur Jenderal. 

Akan tetapi, ia mengungkapkan, Australia sudah beberapa kali melakukan referendum. Namun sebagian besar rakyatnya menolak untuk berpisah. 

"Ini akan berubah setelah Raja Charles III yang menerima tahta," ujarnya.

Hal itu, kata Hikmahanto, karena masyarakat memiliki persepsi yang berbeda tentang Ratu Elizabeth II dan Raja Charles III.


Baca Juga: Jelang Pemakaman Ratu Elizabeth II: Pusat Kota London Penuh, Banyak Warga Inggris Nonton Bareng

Publik, kata dia, menilai ratu yang wafat pada usia 96 tahun itu mendedikasikan hidupnya untuk negara Inggris dan Persemakmuran.

Sedangkan, persepsi masyarakat Inggris terhadap Raja Charles III tidak cukup baik. Putra Ratu Elizabeth II itu dinilai sebagai orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.

"Beliau ini lebih mementingkan kepentingan pribadinya," ungkapnya.

Menurut Hikmahanto, masyarakat Inggris dan dunia menilai Raja Charles III yang dahulu masih bergelar Pangeran Wales membuat Putri Diana, perempuan yang pernah menjadi istrinya, menderita.

Seperti diketahui, pernikahan mereka berakhir dan Putri Diana meninggal secara tragis dalam kecelakaan mobil.

"Untuk kepentingan dari Pangeran Charles berhubungan dengan kekasih gelapnya yang saat ini jadi permaisurinya," ujar Hikmahanto, merujuk kepada Camilla.

Baca Juga: Momen Cicit Elizabeth II, Pangeran George Khusyuk Nyanyikan Himne untuk Mendiang Nenek Buyutnya

"Hal seperti ini yang ada di dalam persepsi masyarakat Inggris," jelasnya.

Ia juga memperkirakan jumlah pengikut dari gerakan antimonarki Inggris akan bertambah setelah Raja Charles III memimpin.

Ia menilai beberapa negara Persemakmuran akan melakukan referendum.

"Jadi, ini yang akan menjadi tantangan Raja Charles III," pungkasnya. 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x