Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Ironi RI, Negeri Swasembada Beras tapi Harganya Naik Bikin Inflasi Tinggi

Kompas.tv - 15 September 2022, 11:03 WIB
ironi-ri-negeri-swasembada-beras-tapi-harganya-naik-bikin-inflasi-tinggi
Ilustrasi penggilingan padi. Beras menyumbang inflasi besar meski harganya naik Rp100. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPASTV - Gubernur dan Bank Indonesia mencermati kenaikan harga beras yang membuat inflasi melonjak. Pasalnya berdasarkan laporan Baa Pusat Statistik, inflasi Juli 2022 lalu yang mencetak rekor tertinggi sejak 2015, disumbang oleh kenaikan harga beras dan gabah.

"Gabah Petani, beras di penggilingan, beras di tingkat grosir dan beras eceran semuanya cenderung mengalami peningkatan. Hanya saja terjadi penurunan tipis di beras grosir," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Kondisi ini tentu mengherankan. Sebab Indonesia sudah mencapai swasembada beras untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Indonesia hanya mengimpor jenis beras khusus yang hanya dikonsumsi kalangan tertentu. Misalnya beras dengan kadar glukosa rendah, untuk orang yang sedang diet.

"Kita juga ada kelebihan beras tapi kenapa harga beras ini naik?" ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Pengendalian Inflasi Tahun 2022, Rabu (14/9/2022) kemarin.

Baca Juga: BPS Sebut Inflasi 67 dari 90 Kota Lewati Batas, Penyebabnya Cabai Merah hingga Rokok Kretek

Dikutip dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, hampir seluruh jenis beras mengalami kenaikan harga pada Rabu (14/9). Hanya beras kualitas super I yang harganya tetap di Rp 13.300 per kg seperti hari sebelumnya.

Adapun harga beras kualitas bawah I, beras kualitas bawah II, dan beras kualitas medium I pada hari ini naik Rp 50 per kg dibanding hari sebelumnya menjadi masing-masing Rp 10.950, Rp 10.700, dan Rp 12.050 per kg.

Sementara itu, harga beras kualitas medium II dan beras kualitas super II mengalami kenaikan Rp 100 per kg menjadi masing-masing Rp 11.900 dan Rp 13.000 per kg.


Sedangkan untuk hari ini, Kamis (15/9), data PIHPS menyebutkan harga beras bawah I Rp10.800, beras bawah II Rp10.650, medium I Rp11.900, medium II Rp11.900, Super I Rp12.900, dan Super II Rp12.900. Semua nya untuk harga per kilogram.

Baca Juga: Harga BBM di SPBU BP Turun Lagi, Sudah 2 Kali Sepanjang Bulan September

Jika dibandingkan secara harian, harga beras hari ini memang lebih banyak yang turun dibanding kemarin. Namun menurut survei BPS, harga beras naik secara bulanan.

Bagi komoditas lain, jika ada kenaikan harga Rp100-Rp200 per kg mungkin tidak akan jadi masalah. Namun tak begitu halnya dengan beras, yang merupakan makanan pokok rakyat Indonesia.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut, kenaikan harga beras sedikit saja bisa berbahaya.

"Walaupun harga beras naik 100 perak berbahaya karena dia akan memberikan dampak terhadap inflasi 3,3 persen lebih," ucap Zulhas saat melepas ekspor sepatu ke Belanda di Tangerang, Selasa (13/9), seperti dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Waspada Hoaks Permintaan Pengisian Data BSU yang Atasnamakan Kemnaker

Kemendag pun sudah melakukan koordinasi bersama Perum Bulog agar mengadakan operasi pasar.

Di sisi lain, Mendag juga meminta agar Gubernur, Wali Kota dan Pemerintah Daerah mau terjun ke pasar-pasar untuk mengecek harga komoditas di pasaran, sehingga ketika ditemukan adanya kenaikan harga pada komoditas bisa dimitigasi segera.

"Kalau ada naik 5 persen segera ambil langkah. Misal kirim telur dari Blitar ke Jakarta ongkos Rp 32.000 itu ongkosnya dibayar karena pemerintah ada dana cadangan 2 persen untuk ongkosnya, pasti turun Rp 28.000," kata dia.

"Ini juga arahan dari bapak Presiden (Joko Widodo) sudah meminta dan mengarahkan Wali Kota dan Gubernur supaya peka, cek harga di pasar. Karena kebutuhan pokok menyangkut hajat hidup orang banyak," ujarnya.



Sumber :

BERITA LAINNYA



Close Ads x