Kompas TV internasional kompas dunia

Taliban Klaim Penutupan Sekolah-Sekolah Perempuan Sesuai Keinginan Orang Tua, Warga Membantah

Kompas.tv - 12 September 2022, 01:05 WIB
taliban-klaim-penutupan-sekolah-sekolah-perempuan-sesuai-keinginan-orang-tua-warga-membantah
Sejumlah pelajar perempuan bermain di sebuah sekolah di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 27 Maret 2021. Pada 10 September 2022, otoritas Taliban menutup sekolah-sekolah perempuan di atas kelas 6 di Provinsi Paktia di sebelah timur Afghanistan, yang sempat dibuka atas usulan tetua suku dan pejabat sekolah setempat. (Sumber: AP Photo/Rahmat Gul)
Penulis : Edy A. Putra | Editor : Hariyanto Kurniawan

KABUL, KOMPAS.TV - Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban mengeklaim penutupan sekolah bagi pelajar perempuan di atas kelas 6 adalah keinginan para orang tua. Namun klaim itu dibantah warga Afghanistan.

Penjabat Menteri Pendidikan Afghanistan Noorullah Munir mengeklaim rakyat tidak ingin anak-anak perempuan mereka bersekolah dalam situasi seperti saat ini.

Seperti dilaporkan stasiun televisi berita Afghanistan yang berkendudukan di Kabul, Tolo News, Minggu (11/9/2022), Munir mengatakan pihaknya menutup sekolah-sekolah bagi pelajar putri di atas kelas 6 karena masalah budaya.

Tapi dia berjanji akan membuka kembali sekolah-sekolah itu jika kondisi lingkungan sudah lebih baik.

“Kalian tidak perlu menanyakan kepada saya pertanyaan yang sama jika kalian bertanya berapa banyak orang di masjid ini ingin mengirim anak perempuan berusia 16 tahun mereka ke sekolah,” kata Munir yang berkunjung ke Provinsi Uruzgan, seperti dikutip Tolo News.

“Kalian dan saya tumbuh di tengah masyarakat Afghanistan, dan budayanya sudah jelas bagi semua orang.”

Namun, sejumlah warga Uruzgan mengaku siap mengirim anak-anak perempuan mereka ke sekolah jika pemerintah mengizinkan.

Baca Juga: Kemlu Tegaskan Indonesia Tetap Tidak Mengakui Pemerintahan Taliban di Afghanistan


Mereka meminta pemerintahan Taliban yang menamakan diri Emirat Islam Afghanistan, segera membuka sekolah-sekolah perempuan.

“Saya rasa menterinya berasal dari Kabul dan dia tidak dapat mewakili warga kami, karena dia berasal dari Kabul,” ujar Javid Khpolwak, seorang aktivis masyarakat sipil.

“Warga Uruzgan ingin anak-anak perempuan mereka kembali ke sekolah, dan mereka dulunya bersekolah.”



Sumber : Tolo News/The Associated Press

BERITA LAINNYA



Close Ads x