Kompas TV entertainment lifestyle

Benarkah Suka Rebahan Termasuk Gejala Gangguan Jiwa Tahap Awal? Ini Penjelasan Psikolog

Kompas.tv - 3 September 2022, 12:31 WIB
benarkah-suka-rebahan-termasuk-gejala-gangguan-jiwa-tahap-awal-ini-penjelasan-psikolog
Video perempuan berbaju nakes bagikan gejala gangguan jiwa. (Sumber: Tangkapan layar video TikTok @iikarahma)
Penulis : Dian Septina | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebuah video yang menyebut berbaring atau rebahan seharian sebagai gejala gangguan jiwa tahap awal atau ringan, viral di media sosial.

Video berdurasi singkat ini memaparkan beberapa gejala yang disebutnya sebagai gejala gangguan jiwa tahap awal.

Selain rebahan seharian, video itu juga menyebut suasana hati atau mood mudah berubah, malas mandi, jadi pelupa, dan sulit berkonsentrasi, sebagai gejala gangguan jiwa tahap awal.

Menanggapi video tersebut, beberapa warganet mengaku memiliki semua gejala tersebut.

Tapi ada juga yang menilai informasi yang disampaikan itu akan memicu orang untuk melakukan self diagnose atau mendiagnosis diri sendiri.

Baca Juga: Viral Video Perempuan Berbaju Nakes Bagikan Gejala Gangguan Jiwa, Ini Kata Psikolog

Psikolog Kasandra Putranto menjelaskan, gangguan kesehatan mental mengacu pada berbagai kondisi kesehatan mental yang mempengaruhi suasana hati, pemikiran, dan perilaku.

"Contoh penyakit mental termasuk depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan dan perilaku adiktif," kata Kasandra kepada Kompas TV, Jumat (2/9/2022).

Lalu Apa Gejala Gangguan Jiwa?

Kasandra lalu mengutip American Psychiatric Association (2022) yang merinci gejala-gejala yang mungkin dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Beberapa gejala tersebut adalah:

  1. Perubahan tidur atau nafsu makan secara dramatis.
  2. Perubahan suasana hati atau pergeseran emosi dan perasaan tertekan yang cepat atau dramatis.
  3. Penarikan diri dari lingkungan sosial atau hilangnya minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
  4. Adanya penurunan fungsi yang tidak biasa, di sekolah, pekerjaan, atau aktivitas sosial, seperti berhenti berolahraga, gagal di sekolah, atau kesulitan melakukan tugas yang biasa.
  5. Adanya masalah dengan konsentrasi, ingatan atau pemikiran logis dan ucapan yang sulit dijelaskan.
  6. Sensitivitas atau kepekaan yang meningkat terhadap pemandangan, suara, bau atau sentuhan; menghindari situasi yang terlalu merangsang.
  7. Timbulnya sikap apatis atau kehilangan inisiatif dan keinginan untuk berpartisipasi dalam aktivitas apa pun.
  8. Merasa terputus dari diri sendiri atau lingkungan seseorang.
  9. Pemikiran tidak logis terkait keyakinan yang tidak biasa atau berlebihan tentang kekuatan pribadi untuk memahami makna atau memengaruhi peristiwa.
  10. Sering merasa gugup, takut atau curiga terhadap orang lain.
  11. Perilaku yang tidak biasa dan aneh.

Baca Juga: Resmi Jadi Tersangka, Ini Indikasi Gangguan Kesehatan Jiwa Istri Ferdy Sambo

Kasandra kemudian mengingatkan tentang misinformasi dan bahayanya melakukan diagnosis diri terkait kesehatan mental.

"Dalam hal misinformasi kesehatan, profesional kesehatanlah yang dapat memberikan informasi yang lebih akurat berdasarkan bukti," jelas Kasandra mengutip buku karya David R. Stukus, "Social Media for Medical Professionals".

Misinformasi dikenal sebagai "konten palsu yang dibagikan oleh seseorang yang tidak menyadari bahwa itu adalah informasi yang salah atau tidak akurat".

Kasandra menjelaskan, bagian paling menantang dari misinformasi di media sosial adalah perlunya pengguna membuat analisis kritis mereka sendiri.

"Dalam hal ini, informasi yang salah tentang tanda-tanda gangguan jiwa tahap awal dapat menyebabkan diagnosis diri yang salah, kecemasan yang tidak masuk akal untuk kondisi medis seseorang, atau harapan yang salah mengenai pilihan pengobatan yang diatur," lanjutnya.

Diagnosis terkait apakah seseorang mengalami gangguan jiwa atau tidak, hanya dilakukan oleh psikolog maupun psikiater.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x