Kompas TV internasional kompas dunia

WHO: Setelah Meningkat Selama Sebulan, Kini Kasus Cacar Monyet di Dunia Turun 21%

Kompas.tv - 26 Agustus 2022, 07:31 WIB
who-setelah-meningkat-selama-sebulan-kini-kasus-cacar-monyet-di-dunia-turun-21
Nampan berisi vaksin Jynneos untuk cacar monyet dari kotak berisi 20 dosis, di pusat vaksin di Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, 29 Juli 2022, di San Francisco. Pada Kamis (25/8/2022), WHO menyatakan kasus cacar monyet di seluruh dunia mulai turun. (Sumber: Lea Suzuki/San Francisco Chronicle via AP)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Iman Firdaus

JENEWA, KOMPAS.TV - Jumlah kasus cacar monyet yang dilaporkan secara global turun 21 persen pada minggu lalu. Hal ini membalikkan tren peningkatan infeksi yang terjadi selama sebulan terakhir dan menandakan bahwa wabah di Eropa mungkin mulai menurun.

Penurunan tren ini diungkapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Kamis (25/8/2022). WHO melaporkan 5.907 kasus baru setiap minggu dan mengatakan dua negara, yaitu Iran dan Indonesia, melaporkan kasus pertama mereka. Hingga saat ini, lebih dari 45.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan di 98 negara sejak akhir April.

Amerika menyumbang 60 persen kasus pada bulan lalu, kata WHO, sementara kasus di Eropa sekitar 38 persen. Infeksi di Amerika menunjukkan "peningkatan tajam yang berkelanjutan."

Pada konferensi pers pada hari Kamis, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meskipun ada indikasi wabah cacar monyet melambat di Eropa, yang pernah menyumbang 90 persen dari kasus yang dikonfirmasi laboratorium dunia, namun penyebaran virus saat ini menimbulkan kekhawatiran di tempat lain.

Baca Juga: Pasien Pertama Cacar Monyet Warga Jakarta, Dinkes DKI Temukan 3 Kontak Erat

"Di Amerika Latin khususnya, kurangnya kesadaran atau langkah-langkah kesehatan masyarakat digabungkan dengan kurangnya akses ke vaksin semakin meningkatkan kewaspadaan atas wabah," kata Tedros seperti dikutip dari The Associated Press.

Pada akhir Juli, Tedros menyatakan penyebaran cacar monyet yang belum pernah terjadi sebelumnya ke puluhan negara sebagai keadaan darurat global. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan pada hari Kamis bahwa benua itu memiliki 219 kasus baru dalam seminggu terakhir, melonjak 54 persen. Sebagian besar kasus berada di Nigeria dan Kongo.

Namun demikian, otoritas kesehatan Inggris mengatakan pekan lalu ada "tanda-tanda awal" wabah cacar monyet di negara itu melambat. Badan Keamanan Kesehatan Inggris menurunkan peringkat wabah cacar monyet di negara itu bulan lalu, dengan mengatakan tidak ada bukti penyakit yang dulu langka itu menyebar ke luar kalangan pria homoseksual atau biseksual.

Sejak wabah cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara diidentifikasi pada bulan Mei, WHO dan lembaga kesehatan lainnya telah mencatat bahwa penyebarannya hampir secara eksklusif pada pria yang berhubungan seks dengan pria.


Cacar monyet telah mewabah di beberapa bagian Afrika selama beberapa dekade dan para ahli menduga wabah di Eropa dan Amerika Utara dipicu setelah penyakit itu mulai menyebar melalui hubungan seks di dua tempat di Spanyol dan Belgia.

Baca Juga: Cacar Monyet: Pemerintah Diminta Perketat Pintu Masuk, Pakar Sebut Pria Paling Berisiko

Laporan terbaru WHO menyebutkan 98 persen kasus terjadi pada pria dan dari mereka yang melaporkan orientasi seksual, 96 persen terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.

“Dari semua jenis penularan yang dilaporkan, hubungan seksual dilaporkan paling sering,” kata WHO.
WHO telah merekomendasikan agar pria yang berisiko tinggi terkena penyakit ini untuk sementara mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah pasangan seks mereka dan menahan diri dari seks berkelompok.

Cacar monyet biasanya membutuhkan kontak kulit-ke-kulit atau kulit-ke-mulut dengan lesi pasien yang terinfeksi untuk menyebar. Orang juga dapat terinfeksi melalui kontak dengan pakaian atau seprai yang terinfeksi.

Dengan persediaan vaksin yang terbatas secara global, pihak berwenang di AS, Eropa, dan Inggris semuanya mulai menjatah dosis untuk menambah pasokan hingga lima kali lipat.

WHO telah menyarankan negara-negara yang memiliki vaksin untuk memprioritaskan imunisasi bagi mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit ini, termasuk pria gay dan biseksual dengan banyak pasangan seks, dan untuk petugas kesehatan, staf laboratorium, dan penanggap wabah.



Sumber : The Associated Press

BERITA LAINNYA



Close Ads x