Kompas TV religi beranda islami

Benarkah Hubungan Suami Istri Dilarang Telanjang dan Harus Pakai Penutup? Ini Penjelasan Ulama

Kompas.tv - 18 Agustus 2022, 21:00 WIB
benarkah-hubungan-suami-istri-dilarang-telanjang-dan-harus-pakai-penutup-ini-penjelasan-ulama
Ilustrasi bercinta.(Sumber: ssaint/pixabay)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV – Dalam Islam, ada etika tentang hubungan intim suami istri (jimak). Salah satunya, terkait anjuran memakai pakaian atau kain sebagai penutup dan larangan bertelanjang bulat ketika proses bercinta antara suami istri berlangsung.

Terkait hal tersebut, Dosen Agam Islam Universitas Indonesia (UI) Alhafiz Kurniawan membenarkan tentang adanya anjuran untuk tetap memakai pakaian ketika melakukan hubungan suami-istri.

Ia pun mengutip Imam Ghozali dalam Al-Adab fid Din, Beirut, Al-Maktabah As-Sya‘biyyah, halaman 175 tentang etika hubungan suami-isti dalam Islam, yang artinya sebagai berikut: 

Etika berhubungan badan dengan istri antara lain mengenakan wangi-wangian, menggunakan kata-kata yang lembut, mengekspresikan kasih-mesra, memberikan kecupan menggelora, menunjukkan sayang senantiasa, baca bismillah, tidak melihat kemaluan istri karena konon menurunkan daya penglihatan, mengenakan selimut atau kain (saat bercinta), dan tidak menghadap kiblat.

Lantas, ia menjelaskan soal maksud mengenakan selimut atau kain saat bercinta terkait dengan etika bercinta yang diatur dalam Islam. 

“Dalam kitab-kitab fikih biasanya menganjurkan kita untuk tetap berpakaian saat aktivitas hubungan suami-istri (jimak) atau mandi, bahkan dalam rumah sendiri selagi kosong tanpa anggota keluarga lainnya. Intinya lebih kepada adab atau kepantasan tata krama saja,” paparnya kepada KOMPAS.TV lewat pesan WhatsApp, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga: Niat dan Cara Mandi Wajib Jika Bercinta Dilakukan Lebih dari Sekali dalam Satu Waktu

Terkait larangan bertelanjang bulat, ia menjelaskan, hal itu untuk membedakan manusia dengan makhluk lain. 

Makanya, para ulama menganjurkan hal itu sebaiknya dihindari. 

“Alasan lain bisa juga disebutkan untuk membedakan dengan hewan, agar tidak terlihat oleh makhluk lain baik malaikat atau jin. Tetapi intinya lebih pada adab itu tadi,” tambah pria yang juga Penyuluh Agama Islam Kantor Urusan Agama (KUA) Kebayoran Lama tersebut. 


Lantas ia menjelaskan, munculnya anjuran soal memakai pakaian atau penutup dalam bercinta tidaklah saklek alias tidak berarti hukumnya lantas menjadi haram.

Bahkan, kata dia, tetap diperbolehkan untuk tetap memakai pakaian. 

“Ini lebih ke soal etika. Boleh. Bahkan, soal pose, soal pakaian. Dasarnya nisa'ukum hartsun lakum. Kadang ada orang yang nyaman atau lebih berhasrat (hubungan badan) dengan model pakaian tertentu, misalnya,” paparnya.

Baca Juga: Doa setelah Bercinta yang Dianjurkan Ulama

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.