Kompas TV internasional kompas dunia

Hadi Matar Pelaku Penusukan Salman Rushdie, Bersimpati pada Ekstrimis Syiah dan Garda Revolusi Iran

Kompas.tv - 14 Agustus 2022, 06:58 WIB
hadi-matar-pelaku-penusukan-salman-rushdie-bersimpati-pada-ekstrimis-syiah-dan-garda-revolusi-iran
Hadi Matar, pelaku penusukan Salman Rushdie di pengadilan Chautauqua County, Marryvile, New York, Sabtu (13/8/2022). Matar diketahui bersimpati kepada ekstrimis Syiah dan Garda Revolusi Iran. (Sumber: AP Photo/Gene J. Puskar)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Gading Persada

NEW YORK, KOMPAS.TV - Pria berusia 24 tahun bernama Hadi Matar dilaporkan sebagai pelaku penusukan novelis kontroversial Salman Rushdie.

Menurut laporan media, Matar yang berasal dari Fairvie, New Jersey, Amerika Serikat (AS) memiliki simpati pada ekstrimis Syiah dan Garda Revolusi Iran.

Seperti diketahu, Rushdie yang kerap mendapat ancaman mati setelah menulis novel Ayat-ayat Setan, ditusuk di sebuah acara di New York, Jumat (12/8/2022).

Akibatnya, Rushdie harus menggunakan ventilator dan terancam kehilangan penglihatannya.

Baca Juga: Media Iran Sanjung Penyerang Salman Rushdie, Menyebutnya sebagai Pemberani

Meski polisi telah mengindentifikasi Matar sebagai pelaku penyerangan, namun motifnya masih belum diketahui.

Pihak otoritas sendiri menagaskan mereka masih mencari tahu warga negara Matar, dan catatan kriminalnya.

Sumber dari penegak hukum yang berhubungan dengan kasus ini mengungkapkan kepada NBC News, dari hasil tinjauan awal media sosial Matar diketahui ia memiliki simpati kepada Ekstrimis Syiah dan Garda Revolusi Iran.

Meski tak ada hubungan langsung antara Matar dan Garda Revolusi Iran, otoritas penegak hukum menemukan gambar dari pemimpin Qassem Solemani, pemimpin Garda Revolusi Iran yang tewas terbunuh di aplikasi ponsel Matar.

Baca Juga: Mengerikan, Panggung Roboh di Festival Musik dan Tewaskan Satu Orang, Diduga Karena Angin Kencang

Selain itu juga adanya pesan simpati ekstrimis Irak kepada rezim Iran.

Buku Rushdie, 'Ayat-ayat Setan' telah dilarang di Iran sejak 1989, karena dianggap menghina Nabi Muhammad.

Pemimpin Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini bahkan samapi mengeluarkan fatwa kematian untuk Rushdie.

Meski pada 1998, Iran secara resmi mengakhiri fatwa tersebut, namun banyak organisasi dan kelompok yang menginginkan kematian Rushdie.



Sumber : NBC News

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.