Kompas TV internasional kompas dunia

Ingin Pulangkan Pengungsi Rohingya, Bangladesh Minta Bantuan China

Kompas.tv - 8 Agustus 2022, 08:40 WIB
ingin-pulangkan-pengungsi-rohingya-bangladesh-minta-bantuan-china
Menteri Luar Negeri China Wang Yi, kedua dari kiri, dan Menteri Luar Negeri Bangladesh A.K. Abdul Momen, kedua dari kanan, bertepuk tangan setelah menandatangani kesepakatan di Dhaka, Bangladesh, Minggu, 7 Agustus 2022. (Sumber: The Associated Press.)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Desy Afrianti

DHAKA, KOMPAS.TV - Bangladesh melakukan kerja sama dengan China untuk memulangkan pengungsi Rohingya ke Myanmar. Kerja sama ini dilakukan dalam kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Dhaka, Minggu (7/8/2022). Selain itu, kedua negara juga melakukan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan infrastruktur di negara Asia Selatan itu.

Seperti dikutip dari The Associated Press, China telah menggunakan pengaruhnya di Myanmar untuk menengahi perjanjian pada November 2017, untuk memulangkan sekitar 700.000 pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar.

Meskipun ada upaya untuk mengirim mereka kembali ke Myanmar, para pengungsi menolak. Mereka takut akan bahaya di Myanmar, yang diperburuk oleh pengambilalihan militer tahun lalu.

Yi tiba di Dhaka pada Sabtu malam dan bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan Menteri Luar Negeri Bangladesh A.K. Abdul Momen. Mereka membahas masalah bilateral dan global. 

Baca Juga: Jadi Tempat Cari Nafkah TKI, Taiwan: Kami Diblokade dan Diancam China, Minta Solidaritas Indonesia

Bangladesh memiliki hubungan yang kuat dengan Cina, yang merupakan mitra dagang utama untuk perdagangan bahan baku. Namun mempertahankan hubungan dekat dengan Beijing merupakan tantangan bagi Bangladesh, karena mereka juga memperkuat hubungan dengan India dan Amerika Serikat, yang merupakan saingan utama China.

Lebih dari 500 perusahaan China aktif di Bangladesh. China terlibat dalam semua proyek infrastruktur utama negara itu seperti pelabuhan laut, terowongan sungai dan jalan raya, dan membantu membangun jembatan terbesarnya di atas Sungai Padma dengan biaya $3,6 miliar.

Di tengah ketegangan baru-baru ini antara China dan Taiwan, Bangladesh mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali dukungannya terhadap “one China Policy". Setelah memenangkan pemilihan pada tahun 2008, pemerintahan Hasina menutup kantor perwakilan bisnis Taiwan di Dhaka sebagai tanggapan atas permintaan dari China, dan sejak itu China telah meningkatkan keterlibatannya di Bangladesh.

Baca Juga: 26 Pengungsi Rohingya Kabur Dari Rumah Penampungan

Industri garmen Bangladesh, yang mendatangkan lebih dari 80% mata uang asing dari ekspor, sangat bergantung pada China untuk bahan bakunya.

Pada hari Minggu, Yi mengatakan kepada Hasina bahwa negaranya menganggap Bangladesh sebagai “mitra pembangunan strategis” dan akan terus mendukungnya.

Agensi United News of Bangladesh melaporkan bahwa Yi juga berjanji untuk berdiri di samping Bangladesh “dalam semua masalah di forum internasional.”

Bangladesh Sangbad Sangstha, kantor berita yang dikelola negara, melaporkan bahwa Hasina meningkatkan ketegangan global yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi Barat terhadap Moskow, dengan mengatakan "orang-orang (di seluruh dunia) mengalami masa-masa sulit. Karena itu, Asia Selatan, Asia Tenggara dan China dapat bekerja sama untuk kemajuan ekonomi.



Sumber : The Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x