Harga Gas Elpiji Nonsubsidi Melonjak di Sejumlah Daerah, di Merauke Sentuh Harga Rp341 Ribu!

MERAUKE, KOMPAS.TV - Naiknya harga elpiji 12 kilogram mulai dikeluhkan masyarakat, yang kini harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli tabung gas.

Keluhan tidak hanya disampaikan pembeli, tapi juga penjual yang bingung karena omzet penjualan elpiji menurun drastis.

Kenaikan harga elpiji non-subsidi terjadi salah satunya di Merauke, Papua.

Harga elpiji yang sebelumnya juga sudah tinggi akibat mahalnya harga distribusi, semakin melonjak dan mencapai harga jual Rp341 ribu, naik Rp24 ribu dari harga sebelumnya Rp317 ribu.

Tak hanya itu, elpiji 5,5 kilogram atau bright gas juga naik dari yang semula dijual Rp145 ribu, kini menjadi Rp162 ribu.

Tingginya kenaikan harga ini membuat warga menjerit.

Baca Juga: Harga Minyak dan Gas Dunia Naik, Harga LPG Non Subsidi Ikut Naik

Pasalnya, tabung gas menjadi salah satu modal dasar warga yang berwirausaha di bidang kuliner, sehingga kenaikan ini membuat penjual makanan juga terpaksa menaikkan harga dagangan mereka.

Kenaikan harga elpiji juga berimbas pada agen penjualan di Purwakarta, Jawa Barat, yang omzet penjualannya merosot tajam hingga 50 persen.

Pembeli yang sebelumnya membeli tabung 12 kilogram, kini mulai beralih ke tabung gas melon atau gas 3 kilogram bersubsidi.

Pengisian ulang elpiji ke depo gas Pertamina pun dikurangi.

Jika sebelumnya pengambilan dilakukan dua hari sekali, kini pengisian ulang hanya bisa dilakukan 4 hari sekali.

Kondisi setali tiga uang juga dirasakan para agen penjualan elpiji di Madiun, Jawa Timur.

Jika biasanya agen bisa menjual hingga 30 tabung sehari, kini dalam sehari hanya 10 hingga 15 tabung saja yang bisa terjual.

Harga elpiji ukuran 12 kilogram di Madiun, kini dijual dengan harga Rp220 ribu per tabung, sementara itu, tabung 5,5 kilogram berada di kisaran Rp110 ribu dengan kenaikan rata-rata per tabung, Rp20 ribu.

Kenaikan ini merupakan yang kedua kalinya selama tahun 2022.