Kompas TV internasional kompas dunia

Menengok India, Mengenang Mahatma Gandhi Sang Pejuang Antikekerasan yang Gemanya hingga ke Tanah Air

Kompas.tv - 17 Juni 2022, 07:05 WIB
menengok-india-mengenang-mahatma-gandhi-sang-pejuang-antikekerasan-yang-gemanya-hingga-ke-tanah-air
Mahatma Gandhi menenun kain untuk diri sendiri. (Sumber:Kompas.com-)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - India adalah negara yang multiagama dan multikultural seperti Indonesia. Namun, dalam beberapa hari terakhir, berita-berita internasional menampilkan aksi kekerasan yang disetir oleh sentimen agama.

Ketegangan itu dipicu oleh politikus Nupur Sharma karena pernyataanya yang dinilai menyinggung umat Islam. Hal itu kemudian menimbulkan protes. Aksi demo merebak bukan hanya datang dari kaum Muslim, namun juga orang Hindu yang memberi dukungan kepada Sharma.

Akibatnya, ratusan orang ditangkap. Bahkan, ada aksi penembakan dan pembongkaran rumah. Ketegangan antara dua komunitas agama ini, bukan baru pertama terjadi. Bahkan sejak awal negara ini merdeka.

Padahal, negara ini melahirkan sosok Mohandas Karamchan Gandhi (2 Oktober 1869-30 Januari 1948) yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi, yang sepanjang hidupnya berusaha mendamaikan berbagai pertikaian di negaranya dengan menjunjung prinsip ahimsa alias antikekerasan.

Baca Juga: Hina Gandhi dan Justru Puji Pembunuhnya, Pemimpin Hindu India Ditangkap Polisi

Mengutip buku "Mahatma Gandhi, Sang Penakluk Kekerasan, Hidupnya dan Ajarannya," karya Stanley Wolpert, ketika terjadi ketegangan antara komunitas Hindu dan Islam, Gandhi tak segan mendatangi komunitas ini sendirian pada 1946. 

Suatu ketika, Gandhi mendengar komunitas Hindu diserang oleh komunitas Muslim di Distrik Noakhali, Delhi. Serangan ini merupakan balasan yang sebelumnya dilakukan oleh komunitas Hindu di Bihar. Padahal, kedua komunitas hidup bertetangga. Dampaknya sangat besar, terjadi pertumpahan darah di mana-mana.

Mendengar kabar itu, Gandhi memutuskan melakukan perjalanan sucinya ke Noakhali, tepat dua pekan setelah ulang tahunnya yang ke-77. Dia berjalan seorang diri melalui lautan darah di distrik tersebut, dalam upaya menghentikan pertumpahan darah dengan tindakan pengorbanan diri.

"Saya datang untuk tinggal di sini bersamamu sebagai bagian darimu," kata Gandhi kepada para pengungsi dari komunitas Hindu. 

"Saya sudah bersumpah pada diri sendiri untuk tinggal di sini dan jika perlu mati di sini, tetapi saya tidak akan meninggalkan Bengal sebelum kapak perang dikuburkan dan sebelum anak gadis Hindu yang seorang diri pun tidak merasa takut berada di tengah-tengah orang Mussalman," katanya. Mussalman yang dimaksud Gandhi adalah orang Islam.

Dalam perjalanan panjang itu, Gandhi beberapa kali berhenti untuk menyapa warga dari dua komunitas. "Keyakinan saya akan tindakan tanpa kekerasan sedang diuji di sini dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya," katanya kepada para sahabatnya.

Baca Juga: Hina Nabi Muhammad, Muslim India Tuntut Nupur Sharma Dipenjara

Dalam perjalanan tersebut, Gandhi pun memutuskan untuk tinggal di desa-desa Muslim dan hanya ditemani oleh seorang penerjemahnya, N.K.Bose yang bisa berbahasa Bengal. Gandhi berusaha membentuk panitia perdamaian yang setidaknya  terdiri dari satu Hindu dan satu Muslim.

Ia ajarkan ahimsa dan satyagraha. Ia berdoa bersama mereka dan menceritakan pengalamannya saat berjuang di Afrika, yang para pengikutnya sebagian besar Muslim.

"Semua usaha kita harus diarahkan pada perdamaian, tetapi perdamaian itu harus dicapai dengan tetap mempertahankan kehormatan dan keselamatan nyawa dan harta benda," katanya. 

Meski upaya Gandhi dalam berjuang tanpa kekerasan seringkali tidak membuahkan hasil, namun tindakannya menginspirasi banyak kalangan di dunia hingga sekarang, seperti tokoh anti diskriminasi Martin Luther King Jr, Barack Obama, dan Dalai Lama.

Di Indonesia, Gandhi memberi inspirasi kepada Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x