Kompas TV nasional berita utama

Nasib Pilu Beruk di Kawasan IKN Nusantara: Tersisihkan, Keluar Hutan karena Sulit Cari Makan

Kompas.tv - 22 Mei 2022, 10:35 WIB
nasib-pilu-beruk-di-kawasan-ikn-nusantara-tersisihkan-keluar-hutan-karena-sulit-cari-makan
Foto ilustrasi beruk. Beruk yang berasal dari Taman Hutan Raya (Tahura) di wilayah Bukit Soeharto, salah satu kawasan IKN Nusantara, mengalami nasib pilu. Karena primata tersebut tersisihkan dari habitatnya hingga kini kesulitan mencari makan. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Gading Persada

KUTAI KARTANEGARA, KOMPAS.TV - Di balik mega plan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, tersimpan kisah pelik dari penghuni asli di salah satu kawasannya.

Bukan penduduk setempat, namun kali ini para beruk dari Taman Hutan Raya (Tahura) di wilayah Bukit Soeharto yang mengalami nasib pilu itu.

Melansir laporan tim Kompas.com dari Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, fakta tersebut pun telah dikonfirmasi langsung oleh Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) setempat.

Dinamisator Jatam Kalimantan Timur, Pradarma Rupang mengungkapkan, beruk-beruk memang mulai tersisihkan dari habitatnya semenjak proyek IKN Nusantara dimulai.

Baca Juga: IKN Rentan Ancaman Militer, Pengamat Militer Sebut Itu Konsep Perang Konvensional

Primata dengan nama Latin Macaca nemestrina itu bahkan sudah kerap sekali turun ke jalanan untuk meminta makanan kepada pengendara-pengendara yang sedang berhenti sejenak.

Pria yang akrab disapa Rupang tersebut juga menyampaikan, tak hanya beruk yang terimbas akibat pengalihan habitatnya menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI).

"Menurut saya bukan hanya beruk. Satwa lainnya seperti babi (hutan) juga terdampak," kata Rupang dikutip dari Kompas.com, Minggu (22/5/2022).

"Tapi, yang paling terlihat kesulitan mencari makan hingga akhirnya turun ke jalan itu adalah beruk," sambungnya.

Baca Juga: Jokowi Terbitkan 4 Perpres IKN Nusantara, Bisakah Lindungi Warga Adat Lokal?

Tak berhenti sampai di situ saja, Rupang menambahkan, para beruk itu pun masih harus bersinggungan dengan manusia karena tergusur dari habitatnya.

Alhasil, kini penduduk setempat mulai menganggap satwa dengan nama lain kera ekor babi itu sebagai hama, lantaran kerap masuk ke ladang atau dapur mereka dan mencuri makanan.

Maka dari itu, sebagian warga terus mencoba menghalangi binatang tersebut, baik dengan menanam tanaman yang tidak akan diambil beruk atau mengusirnya secara ramai-ramai.

"(Sebab) tidak ada pilihan lain. Ekosistem mereka (beruk) diganggu sehingga mereka mendekati masyarakat," jelas Rupang.



Sumber : Kompas.com

BERITA LAINNYA



Close Ads x