Kompas TV internasional kompas dunia

Krisis Covid-19 di Korea Utara, Ini Hambatan yang Bakal Dihadapi

Kompas.tv - 19 Mei 2022, 12:25 WIB
krisis-covid-19-di-korea-utara-ini-hambatan-yang-bakal-dihadapi
Petugas dari unit medis Tentara Rakyat Korea mempersiapkan pengerahan untuk membantu pengangkutan obat-obatan di Pyongyang, Korea Utara Senin, 16 Mei 2022. (Sumber: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Utara mengalami krisis Covid-19 pertamanya, setelah melaporkan kasus pertama mereka pada pekan lalu.

Sejumlah hambatan pun sudah berada di depan negara tertutup itu terkait penanggulangan virus Corona.

Menurut para pakar, Korea Utara akan menghadapi minimnya penyimpanan khusus untuk vaksin Covid-19, kekurangan pasokan listrik akut, dan staf medis terlatih untuk menyuntik 25 juta warga negara yang dipimpin Kim Jong-un itu, meski mendapat bantuan asing.

Menurut pejabat Korea Selatan, Korea Utara tak merespons bantuan dari Korea Selatan dan bantuan program bersama vaksin internasional.

Baca Juga: Gawat, Vaksin Covid-19 Dianggap Sudah Terlambat untuk Selamatkan Korea Utara

Tetapi negara tersebut lebih memilih menggunakan vaksin buatan Amerika Serikat (AS), Moderna dan Pfizer, dibandingkan AstraZeneca.

Kedua vaksin buatan AS itu menggunakan terkonologi yang diketahui sebagai mRNA yang membutuhkan penyimpangan yang sangat dingin.

Sedangkan Sinovac dan AstraZeneca bisa dipindahkan dan disimpan di pendingin dengan suhu pendingin biasa.

“Vaksin Moderna dan Pfizer membutuhkan sistem penyimpanan suhu rendah, yang tak dimiliki Korea Utara,” kata Direktur Institut Kesehatan dan Studi Unifikasi di Universitas Nasional, Moon Jin-soo dikutip Channel News Asia, Rabu (18/5/2022).

“Akan dibutuhkan banyak sekali material tambahan jika menggunakan mereka untuk inokulasi,” tambahnya.

Pejabat Korea Selatan sendiri mengungkapkan bahwa saat ini tidak jelas apakah Korea Utara memiliki akses ke sistem penyimpanan untuk Moderna dan Pfizer.

Berdasarkan laporan Peninjauan Nasional Sukarela Korea Utara kepada PBB tahun lalu, hanya 34,6 persen populasi yang memiliki akses ke listrik.

Selain itu, jalanan dan rel kereta di negara itu secara umum tak berada dalam kondisi standar.

Hanya ada sedikit kota yang mampu mengakomodasi unit pendingin penyimpanan.

Baca Juga: Lonjakan Kasus Terduga Covid-19 Makin Menggila di Korea Utara, Kasus Baru Bertambah 232.000

Selain itu, kemampuan Korea Utara memobilisasi tenaga medis dalam skala besar untuk inokulasi di seluruh negara juga dipertanyakan.

“Anda membutuhkan sistem dan ahli medis terlatih untuk mendistribuskan dosis dan menyuntikannya. Saya ragu Korea Utara memilikinya,” tutur Profesor Penyakit Menular Sekolah Medis Universitas Hallym Korea Selatan, Jacob Lee.

Korea Utara melakukan inokulasi pada anak-anak terhadap penyakit seperti TBC berkat bantuan organisasi internasional.

Tetapi badan bantuan PBB dan banyak kelompok perbaikan lainnya telah keluar dari negara setelah penutupan perbatasan.



Sumber : Channel News Asia

BERITA LAINNYA



Close Ads x