Mengapa Perempuan Sering Disalahkan Ketika Terjadi Perselingkuhan?

SOLO, KOMPAS.TV — Setiap kali muncul kasus perselingkuhan sering kali perempuan menjadi pihak yang disalahkan. Sementara laki-laki dalam kasus ini kerap mendapat pemakluman.

Bahkan, orang ketiga seolah tak pernah lepas dari tudingan sebagai perusak relasi hubungan pernikahan.

Jika itu perempuan, maka bisa dipastikan akan habis babak belur oleh stigma pelakor atau perebut laki orang. Adapun laki-laki disebut sebagai pebinor atau perebut bini orang.

Jika pernah mendengar lagu lawas dari Elvy Sukaesih berjudul "Mana Mungkin" orang ketiga sebagai biang kerok justru makin diaminkan karena sosok itulah yang sering dianggap sebagai 'perayu' dan membuat seseorang mendua.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa perempuan selalu menjadi pihak yang sering disalahkan ketika terjadi perselingkuhan?

Menanggapi hal itu, psikolog Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Surakarta Moordiningsih menyatakan hal tersebut terjadi karena ada sesuatu yang tidak dipahami.

Padahal, lanjutnya, ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum menyalahkan seseorang dalam kasus perselingkuhan.

Pertama, perlu dipahami pada kasus perselingkuhan adalah pihak mana yang berusaha menggoyahkan atau tidak menjaga keutuhan relasi pernikahan. Kedua, pemahaman soal kondisi rumah tangga.

Artinya, jika kemudian diketahui laki-laki yang tidak menjaga keutuhan relasi pernikahan maka perempuan tidak perlu selalu menjadi pihak yang disalahkan.

"Sebenarnya (perempuan) tidak perlu selalu menjadi pihak yang disalahkan, namun akan lebih baik dipahami dulu apa yang sebenarnya terjadi dalam kondisi rumah tangga," kata Moordiningsih saat dihubungi Kompas.tv, Rabu (18/5/2022).

Baca Juga: Puluhan Rumah Terbakar di Palangkaraya, Penyebabnya Cekcok Perselingkuhan Pasutri