Kompas TV nasional politik

JMI Nilai Pidato KSAD Dudung Soal Radikalisme Sebagai Upaya Bersih-Bersih TNI dari Paham Radikal

Kompas.tv - 26 Januari 2022, 23:55 WIB
jmi-nilai-pidato-ksad-dudung-soal-radikalisme-sebagai-upaya-bersih-bersih-tni-dari-paham-radikal
Direktur Eksekutif Jaringan Moderate Indonesia (JMI), Islah Bahrawi (Sumber: KOMPAS TV)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pidato Kepala Staf TNI AD (KSAD) Dudung Abdurachman mengenai ancaman radikalisme dinilai sebagai upaya bersih-bersih dari paham radikal.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderate Indonesia (JMI), Islah Bahrawi,  menjelaskan saat ini paham radikal dengan gampang masuk ke pribadi seseorang melalui telepon gengam. Termasuk juga prajurit TNI.

Menurutnya hasil survei empiris menyatakan kelompok radikal sudah masuk ke dalam entitas Polri dan TNI dengan angka yang fantastis yakni bisa mencapai puluhan ribu yang terpapar paham radikal.

Baca Juga: KSAD Dudung Sebut Perkembangan Kelompok Radikal di Indonesia Dalam Hitungan Menit

Jika hal ini dibiarkan, maka potensi kehancuran negara sangat besar. Sebab keduanya merupakan komponen utama dalam stabilitas keamanan negara. Apalagi TNI dan Polri dibekali persenjataan.

"Jadi perlu penegasan dan penguasaan secara internal di tubuh Polri maupun TNI untuk membersihakn ladangnya sendiri sebelum membersihkan orang lain dari paham radikalisme. Ini penting sekali," ujar Islah di program Kompas Petang KOMPAS TV, Rabu (26/1/2020).

Islah menambahkan penegasaan Jenderal Dudung terkait ancaman radikal harus disadari dan diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. 

Menurutnya jika ancaman radikalisme ini hanya dianggap sebelah mata, maka peluang penyusupan paham radikal di masyarakat akan semakin tinggi. 

Baca Juga: KSAD Dudung Minta Prajurit Tahu Sampai Koordinat di Mana Kelompok Radikal Berada

Islah mencontohkan negara seperti Suriah, Afganistan, Somalia, Nigeria yang sebelumnya abai terhadap ancaman radikalisme kini direpotkan dengan konflik dalam negeri.

Ia juga mengingatkan radikalisme tidak selalu bersangkutan dengan agama, tapi juga bisa berbasis kepentingan dan orientasi politik. 

Hal tersebut bisa saja dimanfaatkan berbagai kelompok dalam membangun kebencian untuk dibenturkan satu sama lain.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x