Kompas TV nasional peristiwa

Kisah Perdamaian dari 23 Tahun Konflik Ambon, Bersaudara Lewat Pendidikan Tradisi Pela Gandong

Kompas.tv - 20 Januari 2022, 11:59 WIB
kisah-perdamaian-dari-23-tahun-konflik-ambon-bersaudara-lewat-pendidikan-tradisi-pela-gandong
Ilustrasi lanskap kota Ambon. Mengenal tradisi pela gandong, tradisi yang menyatukan warga Ambon dari konflik (Sumber: Kemendikbud)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV -  19 Januari 23 tahun silam adalah awal mula konflik sosial di Ambon. Konflik yang menyisakan luka, juga pelajaran penting buat bangsa ke depan, yaitu pendidikan perdamaian. 

Praktisi pendidikan keragaman, Muhammad Mukhlisin menilai, sebagai bangsa majemuk, masyarakat perlu belajar dari kejadian masa lampau, termasuk konflik Ambon.

Menurut Mukhlisin, konflik dan perdamaian seperti dua keping mata uang. Perlu belajar dari konflik agar tidak terulang dan perlunya  belajar konsep tentang perdamaian.  

Hal itu diungkapan Mukhlisin dalam diskusi Guru Bacarita: Narasi Damai dari Maluku untuk Indonesia yang digelar Rabu (19/1/2022).

Sejak 2017-2018 kami mengumpulkan narasi para guru. Banyak praktik baik pendidikan perdamaian dan resolusi konflik yang kami temukan, seperti kearifan lokal pela gandong yang diimplementasikan di sekolah-sekolah menjadi pela Pendidikan,” paparan Mukhlisin dalam rilis yang diterima KOMPAS TV, Kamis (20/1).

Pela pendidikan adalah kearifkan lokal masyarakat Ambon terkait Pendidikan. Menurut manajer Yayasan Cahaya Guru tersebut, pela Gandong ini menganggap antara satu sekolah dan satu sekolah yang lain sebagai saudara.

Meski konflik selesai, tapi ada segregasi dalam masyarakat, yang Kristen ya Kristen begitu halnya muslim. Begitupun sekalohan. Ada 100 persen kristen, ada juga muslim,” papar dia.  

Pela pendidikan ini, menurut Mukhlisin,  ada di sekolah muslim dan kristen, mereka jadi satu saudara.

Contoh tradisi ini adalah SMP Negeri 4 dengan SMP negeri 9 Ambon, keduanya basudara.

Baca Juga: Remaja Masjid Bantu Jaga Kebaktian Natal Di Ambon

Tradisi Lokal sebagai Persaudaraan Warga Ambon

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, Ferdinand Tasso menyatakan, pentingnya menggali dan menerapkan kearifan lokal dalam kurikulum pembelajaran.

Dia juga menekankan lembaga pendidikan menjadi garda terdepan menanamkan nilai adil, tidak diskriminatif dan tidak eksklusif. 

“Hal ini sudah diimplementasikan dengan pelatihan penyusunan kurikulum sejak 17-23 Desember 2021 lalu bagi kepala sekolah dan guru pengampu muatan lokal” tegas Ferdinand Tasso.

Ia juga berharap, nilai harmonis dan penghargaan nilai kemanusiaan ini terus terjaga, terawat sepanjang masa.

Inspektur Jenderal Kemendikbudristek RI, Chatarina M Girsang menyatakan buku seperti ini menjadi penyejuk didunia pendidikan. Menyatukan prinsip keragaman, kearifan lokal dan dunia pendidikan. 

“Saya mengapresiasi para guru yang telah menerapkan kurikulum orang basudara dan kearifan lokal untuk memastikan isu-isu perdamaian ini bisa masuk pelajaran,” tambahnya.

Ketua Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo Sitepu menegaskan cerita para guru maluku ini merupakan catatan sejarah pendidikan perdamaian di Indonesia yang harus kita ceritakan terus menerus. 

“Setiap daerah memiliki kearifan lokal sendiri, dan keragaman menjadi bagian dari kearifan lokal itu. Tugas kita bukan hanya mewartakan cerita damai dari Maluku tapi juga mewartakan keragaman dalam kearifan lokal sendiri dan menggunakannya untuk pendidikan perdamaian di lingkungan masing-masing,” paparnya.  



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x