Aktivis Perempuan Sebut Akar Konservatisme Terkait Pola Pendidikan Anak, Ini Sebabnya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Penulis dan Aktivis Perempuan, Kalis Mardiasih menyebutkan soal naiknya konservatisme agama di Indonesia terkait adanya perubahan rekognisi kewargaan di ruang publik dari satu generasi ke generasi lain.

Ini terkait dengan pendidikan anak-anak sebagai pewaris generasi.

Penulis buku Muslimah yang Diperdebatkan (2020) itu lantas menjelaskan, anak-anak harusnya tumbuh dalam ruang keberagaman tanpa sekat.

Bagi Kalis, pribadi yang toleran terbentuk dari ekosistem yang plural dan itu secara alamiah terjadi pada anak-anak.

Kalis lantas menjelaskan, pada zaman dahulu, hal pertama yang diajarkan kepada anak-anak muslim adalah adab (etika) kepada ilmu, orang tua dan masyarakat.

Baru setelah itu, lanjut Kalis, anak baru diajarkan terkait fikih, masalah halal-haram, dan lain-lain.

“Sekarang, ada kecenderungan anak-anak muslim langsung dikenalkan pada masalah halal-haram, ketakutan-ketakutan dan penghakiman-penghakiman,” papar Kalis Mardiasih dalam diskusi yang digelar International NGO forum on Indonesian Development (INFID) yang dilihat KOMPAS TV pada Selasa (18/1)

Sementara itu, kata Kalis, nalar kritis anak-anak masih netral, mereka diarahkan untuk mudah menghakimi orang lain.

Baca Juga: Sejumlah Alasan Perempuan di Indonesia Rentan Kena Politisasi Agama

Tren Konservatisme Beragama di Masyarakat

Kalis juga menjelaskan dalam dua dekade terakhir terjadi tren kenaikan populasi kelas-menengah sebagai buntut dari percepatan ekonomi. Percepatan ekonomi ini juga secara bersamaan merangsang tren kesalehan sosial di beberapa daerah.