Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Harga Beras Diprediksi Akan Terus Naik hingga Februari, Ini Penyebabnya

Kompas.tv - 18 Januari 2022, 09:35 WIB
harga-beras-diprediksi-akan-terus-naik-hingga-februari-ini-penyebabnya
Pekerja memeriksa stok beras di gudang Bulog Sub divre Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). Dirut Bulog Budi Waseso memproyeksi harga beras akan naik.hingga Februari 2022. (Sumber: Antara)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV- Harga beras diperkirakan masih akan naik hingga Februari 2022. Hal itu disampaikan Dirut Bulog Budi Waseso , dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Senin (17/1/2022).

Menurut pria yang akrab dipanggil Buwas itu, naiknya harga beras disebabkan oleh 2 hal. Yaitu hasil panen yang rendah di akhir tahun lalu, serta bencana perubahan iklim yang dinamakan hidrometeorologi.

"Panen rendah pada November-Desember 2021, diperkirakan terjadi bencana hidrometeorologi pada awal 2022, sehingga estimasi harga beras meningkat mulai dari Desember 2021 hingga Februari 2022," kata Buwas dikutip Selasa (18/1).

"Serta banyaknya program pemerintah yang didistribusikan pada akhir 2021 telah menyebabkan tingginya peredaran uang di masyarakat dan tingginya permintaan beras yang mendorong tingginya harga beras," katanya.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, berikut adalah harga rata-rata beras nasional per 17 Januari 2022:

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Melambung, Pemerintah Sebut CPO, YLKI Curiga Kartel

  • Beras kualitas bawah I Rp10.750 per kg
  • Beras kualitas bawah II Rp10.450 per kg
  • Beras kualitas medium I Rp11.800 per kg
  • Beras kualitas medium II Rp11.600 per kg
  • Beras kualitas super I Rp13.050 per kg
  • Beras kualitas super II Rp12.650 per kg

Harga di atas terpantau stagnan dibanding harga rata-raya pada Jumat (14/1) lalu. Seperti diketahui, beras adalah makanan pokok mayoritas masyarakat di Indonesia. Sehingga kenaikan harganya sangat mempengaruhi perekonomian.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), beras masih menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun pedesaan per September 2021.

Di perkotaan, beras memberi sumbangan 19,69 persen terhadap garis kemiskinan, sedangkan di perdesaan 23,79 persen.

"Komoditas makanan memang penyumbang terbesar yakni 74,05 persen terhadap garis kemiskinan, jadi supaya garis kemiskinan tidak cepat naik maka tugas pemerintah adalah bagaimana mengatur stabilitas harganya," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers Profil Kemiskinan di Indonesia September 2021, Senin (17/1).

Baca Juga: Per September 2021 Ada 26,50 Juta Orang Miskin di Indonesia, Masih Lebih Tinggi dari sebelum Pandemi

Selain beras, komoditas makanan lainnya yang memberi sumbangan terbesar yaitu rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mi instan, kopi bubuk dan kopi instan, gula pasir, serta kue basah.

Sedangkan komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan terbesar kepada garis kemiskinan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, sabun cuci, dan perawatan kulit, muka, kuku, rambut.

Margo menyebut garis kemiskinan Indonesia pada September 2021 adalah sebesar Rp486.168 per kapita per bulan. Alhasil, jika penduduk memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah angka tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp5.954 Triliun hingga November 2021

"Angka garis kemiskinan tersebut naik 5,39 persen dibandingkan dengan September 2020 dan 2,89 persen terhadap Maret 2021," ujar Margo.

Jika dilihat per rumah tangga, maka garis kemiskinan pada 2021 adalah sebesar Rp2,18 juta per bulan, naik 3,12 persen dibanding kondisi Maret 2021 yakni Rp2,12 juta per bulan.

Artinya, rumah tangga di Indonesia yang memiliki pengeluaran di bawah Rp2,18 juta per bulan dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.



Sumber :

BERITA LAINNYA



Close Ads x