Kompas TV internasional kompas dunia

WHO: Setengah Populasi Eropa akan Terinfeksi Covid-19 Varian Omicron dalam Dua Bulan ke Depan

Kompas.tv - 12 Januari 2022, 09:12 WIB
who-setengah-populasi-eropa-akan-terinfeksi-covid-19-varian-omicron-dalam-dua-bulan-ke-depan
Ilustrasi. Sebanyak 50 dari 53 negara dan wilayah di bawah kantor regional WHO Eropa mencatat penularan varian Omicron. Jika tingkat infeksi tetap pada tingkat saat ini, WHO Regional Eropa hari Selasa, 11 Januari 2022 mengatakan, setengah populasi Eropa akan terinfeksi Covid-19 dalam dua bulan ke depan (Sumber: Straits Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

KOPENHAGEN, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyebut lebih dari separuh orang di Eropa akan terinfeksi Covid-19 varian Omicron dalam dua bulan ke depan jika infeksi berlanjut pada tingkat saat ini.

Berbicara pada konferensi pers di Kopenhagen, Denmark, Selasa (11/1/2022), Direktur Regional WHO Hans Kluge memperingatkan varian Omicron mewakili gelombang pasang baru yang menyapu dari barat ke timur kawasan Eropa.

"Pada tingkat ini, Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan memperkirakan lebih dari 50 persen populasi di wilayah tersebut akan terinfeksi Omicron dalam enam hingga delapan minggu ke depan," kata Dr Kluge kepada wartawan.

WHO wilayah Eropa terdiri dari 53 negara termasuk beberapa negara di Asia Tengah, dan Dr Kluge mencatat 50 di antaranya mengkonfirmasi adanya kasus varian Omicron.

Menurut WHO, berdasar data Senin (10/1), sebanyak 26 dari negara-negara tersebut melaporkan lebih dari 1 persen populasi mereka terjangkit Covid-19 setiap mingg. Bahkan wilayah tersebut mencatat lebih dari tujuh juta kasus infeksi baru Covid-19 pada minggu pertama tahun 2022.

Dr Kluge mengatakan skala penularan yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ini berarti negara-negara mengalami peningkatan rawat inap orang yang terinfeksi Covid-19, tetapi menambahkan tingkat kematian masih stabil.

"Gelombang serangan baru Covid-19 itu menantang sistem dan layanan kesehatan di banyak negara di mana Omicron menyebar dengan cepat, dan mengancam akan membanjiri lebih banyak lagi", keluhnya.

Merujuk data yang dikumpulkan selama beberapa minggu terakhir, dia mengatakan varian itu dipastikan lebih menular dan mutasi yang memungkinkannya untuk menempel pada sel manusia lebih mudah, dan dapat menginfeksi bahkan mereka yang sebelumnya telah terinfeksi atau divaksinasi.

Baca Juga: WHO: Eropa Catat 7 Juta Kasus Baru Omicron pada Pekan Pertama Januari

Sepasang warga London di Regent Street, London. 50 dari 53 negara dan wilayah di bawah kantor regional WHO Eropa mencatat penularan varian Omicron. Jika tingkat infeksi tetap pada tingkat saat ini, WHO Regional Eropa hari Selasa, 11 Januari 2022 mengatakan, setengah populasi Eropa akan terinfeksi Covid-19 dalam dua bulan ke depan (Sumber: AP Photo/Alberto Pezzali)

Namun, Dr Kluge juga menekankan vaksin yang disetujui terus memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah dan kematian, termasuk untuk Omicron.

Terlepas dari laporan tingkat kasus tanpa gejala yang lebih tinggi dan proporsi rawat inap yang lebih rendah untuk kasus Omicron, WHO mengatakan masih terlalu dini untuk mengobati penyakit ini sebagai endemik, yang berarti penyakit ringan yang terjadi secara teratur seperti flu.

“Kami masih memiliki virus yang berkembang cukup cepat dan menimbulkan tantangan yang cukup baru. Jadi kami tentu tidak bisa menyebutnya endemik,” kata petugas darurat senior WHO Catherine Smallwood kepada wartawan.

"Virus ini, seperti yang kita ketahui, telah mengejutkan kita lebih dari sekali... Cita-cita utama kami tahun 2022 adalah menstabilkan pandemi," Dr Kluge menyimpulkan.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada hari Senin kemarin, mungkin sudah waktunya untuk mengubah cara melacak evolusi Covid-19, alih-alih menggunakan metode yang mirip dengan cara mengikuti flu, karena tingkat kematiannya telah turun.

Usulan itu menyiratkan upaya memperlakukan virus sebagai penyakit endemik daripada pandemi.

Di seluruh dunia, 5,5 juta kematian telah dikaitkan dengan Covid-19, menurut sumber resmi. WHO mengatakan jumlah korban sebenarnya mungkin dua hingga tiga kali lipat dari angka itu.



Sumber : Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x