Kompas TV regional muktamar nu

Bawa Kompor ke Muktamar, Kisah Unik Warga NU ke Lampung Mencari Berkah Para Kiai

Kompas.tv - 28 Desember 2021, 09:57 WIB
bawa-kompor-ke-muktamar-kisah-unik-warga-nu-ke-lampung-mencari-berkah-para-kiai
Sejumlah Warga yang datang ke Muktamar NU membawa kompor pribadi, agar bisa bertemu dengan para kiai (Sumber: kompas.tv/dedik priyanto)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Desy Afrianti

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.TV - Muktamar NU Lampung memang sudah usai pada Jumat lalu (24/12) dan terpilih Yahya C. Staqut atau biasa disapa Gus Yahya sebagai ketum PBNU, namun kisah para warga NU selalu menjadi cerita menarik. Salah satunya adalah kisah kompor selama gelaran Muktamar yang dibawa oleh warganya.

Kisah ini bermula dari sekelompok warga Nahdliyin asal Cileunyi, Bandung, yang ‘nekat’ bawa kompor masak dalam gelaran Muktamar.

Fungsingnya, bisa masak kebutuhan seperti mi rebus atau kopi. Kompor ini dibawa, dimasukkan dalam tas dan disiapkan beberapa gas selama perjalanan.

Nasihin (40 tahun) mengisahkan, ia sengaja bawa kompor ke area Muktamar dan menempuh perjalanan darat sejauh 462 KM ke Lampung. Ia datang bersama beberapa temannya untuk bisa berjumpa dengan, dalam bahasa Nasihin, para saudara NU.

“Fungsi kompor ini ya biar bisa ngobrol sesama saudara NU,ya bisa nyiapin kopilah minimal,” ujarnya kepada KOMPAS.TV, Jumat (24/12).  

Baca Juga: Kisah Dapur Umum Muktamar NU: Habiskan 2 Kwintal Beras Sehari, Beri Makan 3000 Orang

Selain itu, kata Nasihin, hal yang membuat ia tergerak adalah karena ingin mendapatkan berkah dari para kiai, para ulama NU dari seluruh negeri yang datang di gelaran Muktamar.

“Muktamar NU itu istimewa. Keramaiaannya, kebersamaannya, meskipun baru ketemu, tapi kok saya merasa sudah seperti saudara sendiri," kata Nasihin

Kata Nasihin, meskipun mereka ini masuknya Romli (Rombongan liar-red) istilah untuk mereka yang datang ke muktamar, asalkan bisa dapat keberkahan dari kiai, ia akan tetap datang ke manapun para kiai berada, termasuk di Lampung. 

"Kami memang Romli, artinya rombongan lillahi ta'ala. Kami mencari berkah dari para kiai NU,” tambahnya sambil menyunggingkan senyum.

Baca Juga: Muktamar NU: Fenomena Romli, Istilah Penggembira Muktamar yang Jumlahnya Puluhan Ribu

Hal senada juga diungkapkan Trio (29 tahun) yang menurutnya muktamar di NU adalah waktu tepat untuk berjumpa ‘hati’ dengan para warga NU.

Maka, kata Trio, ia sengaja menyiapkan segala hal, termasuk membawa beberapa kompor, menyeduhkan air panas dan menyajikannya untuk para Nahdliyin yang ia temui.

KOMPAS.TV pun diberi kesempatan menjajal kopi dan kudapan yang mereka bikin di tempat mereka menginap. Mereka lantas membuka kompor yang kecil khusus untuk kopi, membuka air dalam termos lantas memanaskannya dalam tungku api.

Kompor pun menyala dan tak lama, ia mengambil gelas dan menyeduhkan kopi arabica ke gelas, mengaduknya perlahan dan kopi siap dinikmati. Rasanya, begitu nikmat, karena keikhlasan yang mereka bawa dari tanah Pasundan ke bumi Lampung di gelaran Muktamar NU ke-34.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x