Kompas TV regional agama

Sebelum Bencana Semeru Terjadi, Warga Desa Supit Urang Kerap Dengar Suara Gemuruh

Kompas.tv - 8 Desember 2021, 18:30 WIB
Penulis : Dea Davina

LUMAJANG, KOMPAS.TV - Sudah empat hari, evakuasi korban guguran lava Gunung Semeru dilakukan.

Hingga kini, menurut Bupati Lumajang, Thoriqul Haq sebanyak 35 orang, dengan belasan yang masih belum ditemukan.

Merunut kembali penyebab bencana, mitigasi belum dilakukan secara baik.

Komunikasi badan meteorolgi, klimatologi dan geofisika, dengan pemerintah daerah, belum optimal.

Sejumlah gejala akibat bencana semeru yang berulang kali terjadi, dianggap biasa oleh pemerintah dan warga Kabupaten Lumajang.

Termasuk warga lain, yang melakukan aktvitas ekonomi, menambang pasir.

Guguran lava membenam di lokasi penambangan pasir dan desa-desa permukiman warga dekat penambangan, menimbulkan puluhan korban meninggal dan luka.

Belasan lainnya belum ditemukan.

Kepala BMKG, Eko Budi Lelono, mengatakan peringatan sudah berulang kali disampaikan kepada pemerintah daerah, soal adanya aktivitas Gunung Semeru yang tidak normal.

Peringatan ini sudah dilakukan sebelum bencana terjadi pada Sabtu petang, 4 Desember lalu.

Pada Kamis (02/12) dua hari sebelum bencana terjadi, para petambang pasir, bercerita, bahwa aktivitas Semeru meningkat.

Guguran lava turun sebanyak 13 kali, dalam sehari.

Bahkan pada malam hari, lelehan lava pijar terlihat, dan gemuruh sering terdengar oleh Warga Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo.

Tapi, menurut warga, itu hal biasa. Apalagi status Gunung Semeru, masih level dua. Sama seperti hari-hari sebelumnya.

Maka, para petambang pasir tetap melakukan kegiatan seperti biasa.

Sikap warga, menurut Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, terjadi karena status Gunung Semeru, yang masih level dua.

Masalah muncul pada Sabtu (04/12), karena volume guguran lava meningkat dari biasanya, ditambah hujan deras, sehingga sungai meluap.

Puluhan nyawa sudah melayang, belasan masih hilang.

Sudah sepantasnya, komunikasi antar para pejabat diperbaiki.

Juga warga, tak menganggap enteng sebuah gejala alam.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x